Ankara, 2 Muharram 1438/3 Oktober 2016 (MINA) – Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan, permainan Uni Eropa akan berakhir jika terus mengulur-ulur proses keanggotaa Turki melalui tuntutan yang tidak masuk akal. Erdogan mengatakan dalam pidatonya di parlemen pada Sabtu (1/10) menandai awal tahun legislatif.
“Uni Eropa harus memutuskan apakah ia ingin melanjutkan jalan dengan atau tanpa Turki, dan ini permainan berakhir. Namun jika Uni Eropa ingin mengakui Turki sebagai anggota penuh berdasarkan penilaian obyektif, tidak ada halangan untuk itu. Kami siap,” ujar Erdogan pada media setempat Hurriyet Daily News, yang diberitakan Kantor Berita Islam MINA.
Tetapi, lanjutnya, jika mereka tidak punya niat untuk mengakui Turki dan berpikir mereka dapat terus mengulur-ulur proses melalui tuntutan yang tidak masuk akal, mereka salah. Mereka harus tahu bahwa permainan ini berakhir.
“Ini pilihan Uni Eropa apakah akan melanjutkan jalan dengan atau tanpa Turki. Mereka akan membuat pilihan itu sendiri. Mereka tidak harus mencoba untuk melempar tanggung jawab ini di pundak kami melalui taktik licik mereka,” tambahnya.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Turki dan Uni Eropa telah lama melakukan negosiasi selama pemberian pembebasan visa untuk warga negara Turki sebagai bagian dari perjanjian yang lebih luas antara kedua pihak pada penghentian aliran massa pengungsi melalui Laut Aegean.
Kedua pihak sebelumnya telah sepakat untuk menempatkan visa kesepakatan berlaku pada bulan Juni, yang kemudian ditunda hingga Oktober.
“Oktober ini adalah penting dalam hal hubungan kita dengan Uni Eropa. Seperti kita semua tahu tentang bebas visa, bahwa Uni Eropa berjanji untuk Turki, dan seharusnya itu sudah mulai berlaku bulan ini,” ujarnya, mengklaim bahwa Uni Eropa berusaha untuk membuat Turki melakukan kompromi dalam memerangi terorisme.
“Biarkan masalah menjadi jelas tentang hal ini. Sikap ini merupakan manifestasi fakta bahwa Uni Eropa tidak ingin menepati janjinya ke Turki. Biarkan mereka memutuskan,” imbuhnya.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Presiden Turki Erdogan menyatakan bahwa banyak negara anggota Uni Eropa “tidak dapat dibandingkan dengan Turki dalam hal kriteria demokratis atau ekonomi.” Namun mereka telah dengan cepat diterima sebagai anggota penuh. Sedangkan Turki terus menunggunya selama 53 tahun.
“Kami berharap keterbukaan dan pengakuan yang tulus dari Uni Eropa dan negara-negara yang aktif di dalamnya. Kami ingin orang-orang Eropa untuk menahan diri dari menggunakan kami sebagai kambing hitam,” lanjut Erdogan.
“Kami tidak memiliki masalah, dan tidak akan pernah memiliki masalah dengan kriteria Uni Eropa tentang nilai-nilai demokrasi global, hak asasi manusia, dan supremasi hukum. Kami menghargai semua itu dan akan terus melakukannya, bukan karena ada tuntutan dari Uni Eropa, tetapi karena ini adalah hal yang memang pantas bagi warga kami,” tambahnya. (T/P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan