Erdogan: Pernyataan Macron tentang Islam Sebuah Provokasi Berbahaya

Foto: Anadolu Agency

Ankara, MINA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyatakan, klaim Presiden Perancis Emmanuel Macron baru-baru ini tentang Islam merupakan provokasi yang berbahaya.

“Pernyataan Macron tentang ‘Islam dalam krisis’. Di mana mayoritas Muslim merasa tidak hormat dan merupakan provokasi yang jelas,” katanya, pada pertemuan para pekerja masjid dan religius di Ankara, demikian Anadolu Agency melaporkan dikutip MINA, Rabu (7/10).

“Seorang Presiden Perancis membuat pernyataan yang mendesak restrukturisasi Islam adalah “tidak sopan”, tambah Erdogan.

Ia menilai, menyerang Muslim telah menjadi salah satu alat terpenting bagi politisi Eropa untuk menyembunyikan kegagalan mereka.

“Beberapa perdana menteri dan presiden sekarang menggunakan kebijakan murah ini, yang sebelumnya digunakan oleh kelompok fasis untuk mendapatkan suara,” jelasnya.

Erdogan berpendapat, para pemimpin Eropa yang terjebak dalam politik dalam negeri dan gagal dalam kebijakan luar negeri mencoba menutupi kekurangan mereka dengan menargetkan Islam.

“Padahal, Macron ingin menyembunyikan krisis yang dihadapi Perancis dan kriisis yang dihadapi masyarakat Perancis, dengan menuding dunia Islam hadapi krisis,” terangnya.

Ia memaparkan, dengan undang-undang yang memerangi ekstremisme, tujuan utamanya bukanlah untuk melawan fanatisme tetapi untuk menyelesaikan pertanggungjawaban dengan Islam dan Muslim.

Erdogan mendesak Macron untuk bertindak seperti negarawan yang bertanggungjawab, daripada berpura-pura menjadi gubernur kolonial.

Di banyak negara Barat, rasisme dan Islamofobia dilindungi oleh negara itu sendiri.

“Mereka yang membelokkan target, alih-alih menghadapi rasisme dan Islamofobia, adalah orang-orang yang merugikan masyarakat mereka,” tuturnya.

“Stigmatisasi Muslim yang telah hidup dalam masyarakat Perancis selama setengah abad, sebagai ‘separatis’, akan menyebabkan konflik besar. Tidak ada yang berhak mempertaruhkan keselamatan hidup dan harta orang Muslim atau kebebasan berkeyakinan juga beribadah di sana, ” tegasnya.

Presiden juga menekankan, Turki menentang asimilasi, sementara itu, sangat mendukung integrasi.

Jumat lalu, Macron mengumumkan rencana kontroversial, melawan apa yang disebut “separatisme Islam” di negara itu.

Dalam pidatonya, di pinggiran Barat Paris Les Mureaux, daerah dengan populasi Muslim yang besar, Macron mengklaim, Islam sedang “mengalami krisis di seluruh dunia”.

Pernyataan itu memicu kecaman di kalangan Muslim di seluruh dunia.(T/Hju/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Hamidah Juariyah

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.