Washington, 22 Jumadil Akhir 1437/1 April 2016 (MINA) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan kekecewaannya terhadap negara-negara anggota Uni Eropa (UE) yang dinilainya telah meninggalkan Turki sendirian dalam perang melawan aksi teror.
Hal itu disampaikan Erdogan usai terjadi lagi serangan bom mobil di wilayah provinsi tenggara Turki, Diyarbakir. Kelompok bersenjata PKK diduga kuat berada di balik penyerangan itu, Anadolu Agency (AA) dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan wartawan CNN, Christiane Amanpour di Washington, Kamis (31/3) malam, Erdogan mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa belum memberikan kontribusi berarti kepada Ankara dalam melawan aksi teror.
“Kami ditinggalkan sendirian oleh negara-negara Barat. Harapan kerjasama intelijen tidak pernah terjadi. Turki telah menyerukan sikap memerangi aksi teror, dan banyak dari negara-negara anggota Uni Eropa tampaknya telah gagal menyadari pentingnya seruan ini sebagai sebuah tindakan yang layak diperhitungkan,” katanya.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Turki sebelumnya telah meminta negara-negara lain untuk berbagi informasi terkait kelompok bersenjata, termasuk ISIS dan PKK.
Pada kesempatan itu, Erdogan juga mengatakan bahwa Turki, AS dan sekutu internasional lainnya harus bekerja sama dan bersama-sama untuk melindungi integritas wilayah Suriah dan untuk pembentukan perdamaian dunia.
“Kami tidak dalam posisi yang memungkinkan untuk mempertahankan wilayah Suriah jatuh ke tangan beberapa organisasi teroris. Saya akan selalu ingat tentang kesalahan seperti itu dan harus segera mengoreksi kesalahan yang pernah dibuat,” katanya. (T/P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama