Brussels, MINA – Perusahaan energi Eropa telah menyetujui tuntutan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang pembayaran gas dengan mata uang Tusia, Rubel, demi “menghindari lebih banyak penghentian pasokan gas dari Rusia,” menurut sebuah laporan baru.
Perusahaan-perusahaan energi itu setuju mengikuti mekanisme khusus yang dibentuk oleh Rusia untuk memungkinkan mereka menyelesaikan pembayaran gas. Mereka mundur dari kebijakan ketat Uni Eropa untuk menghindari Moskow karena operasi militernya di Ukraina, The Washington Post melaporkan, Selasa (24/5).
Dikutip dari Press TV, pergeseran kebijakan itu terjadi setelah Polandia dan Bulgaria dipotong pasokan gasnya pada akhir April oleh raksasa energi Rusia Gazprom, setelah menolak menerima sistem pembayaran baru.
Finlandia menjadi sasaran pemotongan serupa pekan ini sebagai pembalasan atas ambisinya untuk bergabung dengan NATO, aliansi militer Barat.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Sistem pembayaran menampilkan pembuatan akun euro dan akun rubel di Gazprombank. Pihak Eropa membeli pasokan gas yang dibutuhkan dalam euro dengan membayar ke rekening euro. Bank kemudian mengubah uang itu menjadi rubel dan mentransfernya ke rekening rubel.
Penolakan negara-negara Eropa sebelumnya untuk mengikuti sistem pembayaran, “akan mendorong harga lebih tinggi bagi konsumen dan berpotensi mengarah pada tindakan penjatahan di seluruh blok,” tambah The Washington Post.
Mekanisme tersebut telah dibentuk atas perintah Putin untuk negara-negara “tidak bersahabat”, mengacu pada negara-negara yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Moskow karena “operasi militer utama” pada Februari hingga sekarang di Ukraina. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Mi’raj News Agency (MINA)