London, MINA — Kekeringan yang sedang melanda Inggris dan Eropa membuat produksi listrik terancam, kata para ahli, dikutip dari Saudi Gazette, Senin (15/8).
Produksi Listrik yang dihasilkan dari tenaga air (hydropower) turun sebesar 20 persen secara keseluruhan di negara-negara Eropa dan Inggris.
Di Inggris, selain pembangkit listrik dan panel surya, suhu tinggi mempengaruhi produksi energi dari fosil, nuklir, serta matahari.
Selain itu, negara-negara Eropa saat ini sedang berebut sumber alternatif akibat perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Air merupakan sumber energi penting bagi Eropa. Namun, kurangnya volume air di sungai dan waduk saat ini mengurangi kemampuan fasilitas pembangkit listrik untuk menghasilkan energi.
Italia memperoleh sekitar 1/5 listriknya dari air. Namun, dalam 12 bulan terakhir, listrik yang dihasilkan turun sekitar 40 persen.
Senasib dengan Italia, Spanyol pun juga mengalami penurunan sebesar 44 persen, menurut data dari peneliti energi Rystad Energy.
“Listrik yang dihasilkan air memang sangat fluktuatif, tetapi jika mencapai angka 40 persen, itu artinya penurunan yang terjadi sangatlah ekstrim,” kata seorang analis tenaga di Rystad.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Penurunan ini juga terjadi di semua negara Eropa penghasil listrik dari air, tak terkecuali Norwegia.
Negara itu mengumumkan, mungkin tidak dapat terus mengekspor listrik ke negara lain, kecuali jika waduk-waduknya bisa diisi ulang lagi.
Selain kekeringan, kurangnya investasi dalam modernisasi dan jalur transmisi juga menimbulkan masalah.
Suhu tinggi juga berdampak buruk pada produksi nuklir, terutama di Perancis karena reaktor-reaktor yang digunakan perlu didinginkan dengan air dari sungai-sungai yang kini airnya mulai menipis dan suhunya pun semakin tinggi.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
“Saat air di sungai menipis dan sangat panas, perusahaan harus menghentikan pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir karena air yang dibuang berbahaya bagi ikan dan spesies lain di sungai,” kata Prof Sonia Seneviratne dari ETH Zürich.
Saat ini dan untuk sementara waktu, pemerintah Prancis mengizinkan pembuangan air bekas pendinginan itu ke sungai.
Keputusan itu menandakan terancamnya produksi energi di negara tersebut,
Untuk menutupi kekurangan listrik, Prancis mengimpornya dari negara lain, salah satunya Inggris.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Namun, para analis mengatakan, hal itu justru memberi tekanan tambahan pada produksi energi Inggris.
Saat ini, negara-negara, termasuk Inggris dan Prancis, saling bergantung pasokan listrik satu sama lain. Jika hal ini terus terjadi, maka mungkin ada pembatasan penggunaan energi untuk konsumen besar. (T/ri/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)