Etika Bertetangga

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka adalah sebagian dari kemuliaan akhlak yang harus melekat pada seorang Muslim. Tidak boleh seorang Muslim membuat tetangganya tidak aman dan nyaman, entah itu dari gangguan lisan maupun tangannya.

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, sebagaimana di dalam hadis Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, “….Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya.” Dan di dalam riwayat lain disebutkan, “Hendaklah ia berprilaku baik terhadap tetangganya.” (Muttafaq’alaih).

Di antara sekian banyak akhlak terhadap tetangga contohnya antara lain pertama, jika kita membangun rumah jangan mengganggu tetangga kita, dengan cara menutup arah sinar matahari dan udara ke tetangga kita, dan tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.

Kedua, hendaknya memelihara hak-hak tetangga saat mereka tidak di rumah atau sedang bepergian. Berusahalah untuk ikut menjaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan hendaknya seorang Muslim mengulurkan tangan dan pertolongan kepada para tetangga yang membutuhkan, juga harus memalingkan mata dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.

Ketiga, seorang Muslim dilarang melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu tetangga, seperti suara radio atau TV, atau mengganggu mereka seperti melempari halaman mereka dengan kotoran, atau menutup jalan bagi mereka.

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda, “Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman! Nabi ditanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,” “Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tenteram karena perbuatannya.” (Muttafaq’alaih).

Keempat, jangan kikir untuk memberikan nasehat dan saran kepada tetangga, dan sudah seharusnya mereka diajak berbuat yang makruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) serta menasehati baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.

Kelima, hendaknya seorang Muslim berusaha sebisa mungkin untuk selalu memberikan makanan kepada tetangganya. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada Abu Dzarr, “Wahai Abu Dzarr, apabila kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu.” (HR. Muslim).

Keenam, hendaknya turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita di dalam kepiluan mereka; jenguklah bila ia sakit, tanyakan bila ia tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya mengundangnya agar datang ke rumah. Hal-hal seperti itu mudah membuat hati mereka jinak dan sayang kepada kita.

Ketujuh, jangan coba mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya seorang Muslim tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.

Kedelapan, seorang Muslim juga dituntut untuk sabar atas prilaku kurang baik tetangga mereka terhadapnya. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia yang dicintai Allah…. –Disebutkan di antaranya-, “Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani). Wallahua’lam. (R02/P4)

Mi’raj Islamic Newa Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.