Evakuasi Longsor Ponorogo Terkendala Cuaca Buruk

Upaya pencarian di . (Foto: UAR/MINA)

Jakarta, 7 Rajab 1438/4 April-2017 (MINA) – Evakuasi korban longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, terkendala akibat cuaca buruk yang kurang mendukung hujan selama dua jam.

Tim relawan Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR) dan Badan SAR Nasional (Basarnas) bekerja sama dengan TNI dan relawan lainnya turut membantu mencari korban longsor sejak Senin (3/4).

Salah seorang relawan UAR yang ikut mencari korban, Indra Rahayu Bahagia melaporkan, hujan yang kembali turun dan minimnya peralatan menjadi faktor pembatas. Alat berat berupa ekskavator sebanyak delapan unit dianggap belum cukup mengingat lokasi yang terkena longsor cukup luas mencapai 15 hektar.

“Kondisi hujan masih sering turun di lokasi longsor sehingga mengganggu aktivitas pencarian korban,” kata Indra kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa siang (4/4).

Meski terkendala, tim relawan kembali menemukan satu jenazah lagi. Jenazah korban ditemukan di timbunan longsor di Zona C pada pukul 14.00 WIB. Korban benama Sunadi (40) ditemukan sudah tidak bernyawa.

Berdasarkan data yang dihimpun dari posko utama bencana longsor di Desa Banaran, hingga Selasa siang (4/4), tiga korban meninggal telah ditemukan sedangkan 25 korban masih hilang. Sebanyak 300 jiwa mengungsi di rumah kepala desa dan menumpang sanak saudara terdekat yang aman dari longsor.

Kondisi pengungsi memerlukan bantuan, khususnya kebutuhan dasar seperti permakanan, pakaian, selimut, air bersih, sanitasi, penanganan trauma, dan lainnya.

Hari keempat pasca longsor tim gabungan Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR) akan terus melakukan pencarian korban yang dinyatakan hilang.

Ia melaporkan, ada tujuh alat berat dan dibagi tiga sektor. Tim UAR pun membantu pencarian di tiga sektor itu, yakni Sektor A kedalaman 17-20 meter tergabung dengan Basarnas. Sektor B oleh TNI dan Sektor C oleh Polri.

“Pencarian korban akan terus dilakukan,” ujar Indra.

Segera Direlokasi           

Dalam rilis Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho disebutkan masa tanggap darurat berlaku dari 2 April 2017 sampai dengan 15 April 2017, pencarian dan penanganan pengungsi masih terus dilanjutkan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei memuji upaya pemerintah daerah yang telah cakap menangani bencana longsor tersebut. Penanganan pengungsi sudah ditangani dengan baik oleh Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan. Operasi pencarian korban juga sudah dikelompokkan dan terus dilakukan.

Bencana tanah longsor ini akan menjadi bencana yang ditangani oleh Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo. BNPB terus melakukan pendampingan kepada BPBD, baik pendanaan, logistik, manajemen dan tertib administrasi selama masa tanggap darurat bencana longsor di Ponorogo.

Menurut Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwikorita Karnawati, panjangnya longsor yang terjadi dari mahkota longsor ke daerah hilir, mencapai 1,5 Km. Dia menegaskan, struktur geologi di sekitar tempat kejadian berupa patahan.

“Perbedaan morfologi menyebabkan aliran longsor berbelok sehingga cukup jauh dampak dari longsor,” ucap Dwikorita.

Kepala BNPB mengatakan tim dari BNPB, PVMBG, UGM, PUPERA, dan LHK telah melakukan kajian secara cepat untuk melakukan pemulihan secara keseluruhan. Salah satunya adalah relokasi penduduk terdampak.

“Bersama pemerintah daerah setempat, kami telah meminta untuk menyediakan segera tempat relokasi penduduk. Bupati telah menyetujui usulan masyarakat untuk membangun di lokasi ladang mereka. Namun akan kami kaji lebih dahulu daerah tersebut aman atau tidak dari potensi bencana,” kata Willem. (L/M003/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.