Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fachri Hamzah Nilai Demokrasi Sudah Perfect, Tapi Pengelolanya Bermasalah

Hasanatun Aliyah - Ahad, 20 Mei 2018 - 21:44 WIB

Ahad, 20 Mei 2018 - 21:44 WIB

0 Views

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah. (dok. MINA)

Jakarta, MINA –  Wakil Ketua DPR RI Fachri Hamzah menilai genap 20 tahun reformasi Indonesia, demokrasi sudah perfect (sempurna), namun pengelolanya yang masih bermasalah.

“Sistem kita the best (terbaik) diakui dunia, demokrasi itu adalah sistem yang paling canggih dalam mengelola pemerintahan dengan fitur-fiturnya lengkap, tapi kapasitas kita untuk mengelola demokrasi itu yang bermasalah,” katanya dalam diskusi survei bertajuk ‘Evaluasi Publik 20 Tahun Reformasi Indonesia,’ di Jakarta Selatan, pada Ahad 20 Mei 2018.

Menurutnya, demokrasi memerlukan kepemimpinan yang cerdas, karena demokrasi adalah sistem yang canggih dan rumit.

Demokrasi kita cukup baik dibanding negara lain. Jadi sistemnya sudah perfect (sempurna), namun sopirnya (pengelolanya) yang menjadi kendala. Kendaraannya udah mantep, sopirnya jelek. Canggih alatnya, tapi operatornya bodoh,” ujarnya.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Diprediksi Turun Hujan Senin Sore Ini

Menurut Fachri, demokrasi ini adalah sistem yang rumit dan kompleks, sehingga pemerintah memerlukan kecanggihan berfikir dan bertindak untuk menunjukkan fungsional.

Demokrasi menjanjikan kesejahteraan, pemerataan, kebebasan dan sebagainya ya, terus dikelola dan harus kelihatan hasilnya. Tetapi jika Anda tidak canggih, Anda bisa tertarik ke belakang, Anda tidak mau lagi menghargai kebebasan orang. Anda tidak mau lagi membuat kebebasan berpendapat di ruang publik. Anda mau tarik itu segala inovasi dan sebagainya. Itu kemunduran dalam demokrasi,” paparnya.

Fachri menilai dalam 20 tahun reformasi ini, yang sudah dicapai pemerintah yaitu sistem, sementara yang belum tercapai yaitu, kinerja.

“Yang sudah dicapai, sistem dan yang belum kinerja. Sehingga kinerja kita stagnan, mati idenya. Ada stagnasi pemikiran ekonomi, sehingga membuat ekonomi kita ini tidak tumbuh, tidak berkembang. Stagnasi pemikiran politik, sehingga politik kita saling mengunci. Fitur-fitur penegakkan hukum juga tidak dipakai sehingga hukum kita itu menakutkan membuat orang tidak berani datang berinvestasi dan bekarjasama ekonomi,” imbuhnya. (L/R10/RS2)

Baca Juga: Syaikh El-Awaisi: Menyebut-Nyebut Baitul Maqdis Sebagai Tanda Cinta Terhadap Rasulullah

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda