Roma, MINA – Harga pangan dunia mengalami lonjakan rekor pada bulan Februari 2022, Organisasi Pangan dan Pertanian (FOA) mengatakan dalam sebuah pernyataan, Jumat (4/3).
FAO yang mengkhususkan diri dalam upaya untuk mengakhiri kelaparan dan meningkatkan gizi dan ketahanan pangan, mengatakan, indeks harga pangan rata-rata 140,7 poin pada Februari, naik 3,9 persen dari Januari, dan merupakan peningkatan signifikan 20,7 persen sejak tahun lalu.
Harga pangan yang lebih tinggi telah berkontribusi pada lonjakan inflasi yang lebih luas karena ekonomi dunia terus pulih dari dampak pandemi virus corona, The New Arab melaporkan.
FAO juga telah memperingatkan, kenaikan harga pangan mendorong populasi yang lebih miskin, terutama yang bergantung pada impor, ke risiko kerawanan pangan yang bahkan lebih besar.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Badan yang berafiliasi dengan PBB mengatakan, kenaikan harga sebagian besar didorong oleh produk susu dan minyak nabati.
Indeks harga susu rata-rata 6,4 persen lebih tinggi pada Februari dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara indeks minyak nabati naik menjadi 8,5 persen dari Januari. Sebagian besar didorong oleh peningkatan permintaan minyak sawit, kedelai, dan bunga matahari. Ukraina dan Rusia menyumbang sekitar 80% dari ekspor global minyak bunga matahari.
Data untuk laporan Februari sebagian besar dipenuhi sebelum invasi Rusia ke Ukraina. FAO juga mengeluarkan laporan prediksi untuk tahun 2022, yang kemungkinan akan terpengaruh oleh agresi Moskow di Kiev, khususnya mengenai ekspor biji-bijian.
Tunisia, Suriah, Lebanon dan Yaman, antara lain, kemungkinan akan terkena dampak krisis roti yang menjulang karena ketergantungan impor pada gandum dari Ukraina dan Rusia.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Tahun lalu, baik FAO dan Program Pangan Dunia PBB memperingatkan, Yaman, Suriah, dan Lebanon berada pada risiko yang mengerikan dari masalah kerawanan pangan akut, yang diperburuk oleh pandemi Covid-19, konflik yang signifikan, dan krisis sosial-ekonomi.
Di Suriah, 12 juta orang mengalami kerawanan pangan, serta 80 persen dari 30 juta penduduk Yaman. Sementara itu, tiga perempat penduduk Lebanon saat ini hidup di bawah garis kemiskinan, menurut Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu