Sahara Barat, 4 Muharram 1438/5 Oktober 2016 (MINA) – Militan Front Polisario memperingatkan bahwa kondisi di Sahara Barat mendekati perang dengan Maroko.
Pada Selasa (4/10), Kepala Hubungan Luar Negeri Front Polisario Ould Salek mengimbau Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan referendum mengenai masa depan Sahara Barat sebagaimana yang dijanjikan dalam kesepakatan gencatan senjata 1991 dengan Maroko.
Dia mengatakan “situasi tetap tegang, sangat berbahaya” di zona penyangga di Sahara Barat, pasukan keamanan Maroko dalam posisi mendekat berhadapan dengan pejuang Front Polisario.
“Apa pun bisa memulai konfrontasi,” kata Salek memperingatkan, demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
Sebuah dokumen rahasia PBB telah mengatakan bahwa Maroko melanggar kesepakatan gencatan senjata 1991 dengan mengirimkan personel bersenjata ke daerah yang disengketakan tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pasukan penjaga perdamaian PBB.
Dokumen juga menyebutkan bahwa Front Polisario juga melanggar gencatan senjata ketika merespon dengan mengerahkan pejuangnya.
Pada akhir Agustus, Sekjen PBB Ban Ki-Moon menyatakan keprihatinannya bahwa gencatan senjata selama 16 tahun antara Maroko dan militan Sahara Barat kini berantakan.
Pelanggaran itu membuat Maroko mengendalikan semua kota utama di wilayah itu dan Polisario terbatas di jalur sempit di gurun.
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini
Jauh di selatan, tersisa wilayah tidak bertuan yang tidak boleh diduduki oleh militer secara permanen, menurut pengaturan gencatan senjata. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Suriah akan Buka Kembali Wilayah Udara untuk Lalu Lintas Penerbangan