Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung menggelar shalat Idul Fitri pada Selasa (4/6).
Tidak hanya ribuan makmum Jama’ah Muslimin, tetapi umat Islam sekitar juga ikut hadir shalat di Lapangan Gaza kompleks Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah tersebut.
Khotib dan imam shalat Id Ustaz Khozin dalam khutbahnya menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bulat kaum muslimin.
“Umat Islam adalah umat yang satu, maka kesatuan umat harus utuh berjamaah, tidak mudah dihancurkan oleh sekat golongan, bangsa, dan ahli politik,” katanya.
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan
Menurutnya, persatuan jadi perhatian yang sangat besar oleh Rasulullah, apalagi saat di Madinah.
“Sangat menakjubkan, Rasulullah membangun masyarakat dengan kesatuan yang kokoh, dilandasi tolong-menolong. Keistimewaan kuatnya dalam ukhuwah fii dinillah, mahabbah, tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,” ujarnya.
Lebih lanjut menurutnya, Rasulullah telah mencontohkan wujud kesatuan umat melalui syariat hilal.
“Syariat terlihatnya hilal sebagai ketetapan Ramadhan, Syawal, dan Dzulqa’dah, menandakan umat Islam jangan berbeda dalam ibadah,” katanya.
Baca Juga: AWG Gelar Dauroh Akbar Internasional Baitul Maqdis di Masjid Terbesar Lampung
Namun, Khozin sangat menyayangkan kondisi umat Islam saat ini pasca-Khulafaur Rasyidin.
“Kondisi umat saat ini pasca-Khulafaur Rasyidin sangat lemah dengan terbelahnya persatuan umat. Padahal persatuan akan menentukan masa depan dan sejarah umat Islam sendiri,” ujarnya.
“Bermacam perbedaan, terpisah potensinya bahkan sebagian mencaci sebagian yang lain, tidak dapat digambarkan kalau umat bisa bangkit kembali unggul dalam berbagai bidang seperti abad ke-7. Saat itu Barat masih tidur lemah, Islam sudah berjaya, bahkan kuasai sebagian daratan Eropa,” ungkapnya.
Perpecahan ini menurutnya merupakan bencana kemanusiaan terbesar bagi umat Islam.
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
“Tanpa ada kesatuan, muslimin Palestina, Myanmar, Tiongkok, umat Islam tertindas, terzalimi tanpa pertolongan muslimin hingga tidak jelas kapan berakhirnya penderitaan,” ujarnya.
Karenanya, Khozin mengajak warga kompleks Muhajirun khususnya untuk bersyukur telah mengamalkan syariat Islam hidup secara berjamaah.
“Alhamdulillah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) ditetapi kembali pada 20 Agustus 1953. Yang dalam dakwahnya mengambil kesimpulan Jama’ah adalah syariat bukan organisasi, partai, toriqah. Lahir dari kandungan Islam berdasar Al-Quran dan Sunnah, nonpolitik,” paparnya.
Adapun Kampung Muhajirun, dibangun atas dasar keinginan mewujudkan kampung wahyu, pondok masyarakat.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
“Apalagi saat ini sudah berdiri Masjid An-Nubuwwah sebagai masjid terbesar di Lampung, adanya masjid membuat kampung ini menjadi strategis sebagai pusat ilmu pengetahuan, sebagaimana strategisnya Makkah, Madinah, dan Baitul Maqdis Palestina,” ujarnya.
Khozin berharap terlahir ahli strategi, ahli ilmu, mujahid tangguh, ulama tangguh, dari Kampung Muhajirun.
Dilaksanakannya shalat Idul Fitri oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) berdasarkan hasil sidang Istbat yang digelar di Kantor Pusat di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Selasa dini hari (4/6), sekitar pukul 01:15 WIB.
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) melaksanakan Shalat Idul Fitri lebih awal dari yang ditetapkan Pemerintah Indonesia.
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
“Bismillahirrahmanirrahim, dengan bertaqwa kepada Allah semata dan sebagai wujud tanggung jawab kepada Muslimin dalam melaksanakan ibadah yang berkaitan dengan bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah, maka dengan memperhatikan laporan Pusat Observasi Falak Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pada 29 Ramadhan 1440 H dan surat rekomendasi Majelis Qodlo serta laporan-laporan rukyatul hilal dari Gaza dan Makkah, maka dengan ini Imamul muslimin menetapkan 1 Syawal 1440 H jatuh pada Selasa (4/6),” kata Imaam Jamaah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur dalam Surat Keputusan.
Yakhsyallah menjelaskan, penetapan 1 Syawwal 1440 H tersebut sesuai dengan sunnah dan kesaksian hilal di Tumair, Arab Saudi, yang menyatakan adanya hilal.
Sebelumnya, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) melalui Pusat Observasi Falak mengeluarkan pernyataan bahwa 1 Syawal 1440H diperkirakan serentak jatuh pada Rabu 5 Juni 2019.
“Namun hal itu dengan catatan, jika negara-negara yang lebih barat dari Makkah hilal bisa dilihat setelah Magrib, pada Senin (3/6), maka 1 Syawal/Idulfitri 1440 H akan jatuh Selasa (4/6),” katanya. (L/B01/RI-1).
Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga
Mi’raj News Agency (MINA)