Oleh: Sakuri, Redaktur Kantor Berita MINA
Seusai meliput giat Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII pada 26-29 Februari 2020 di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung, 26-28 Februari 2020, tim wartawan Kantor Berita MINA yang terdiri saya, Nurhadis, dan fotografer Muhammad Habibi Hizbullah berkesempatan mengunjungi perkebunan lada milik PT Cinquer Agro Nusantara (CAN) yang berada di Desa Namang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Lada komoditas andalan
Bangka selain dikenal sebagai penghasil timah terbaik di dunia, juga dikenal sebagai penghasil lada, disamping sawit dan karet.
Karet, sawit dan lada adalah tiga komoditas utama warga Bangka.
Bagi masyarakat Bangka, karet merupakan komoditas yang dapat diandalkan untuk menghidupi keperluan belanja dapur rumah tangga dalam sepekannya, sedangkan untuk kebutuhan hidup dalam setiap bulannya mengadalkan sawit.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Dan lada adalah andalan yang dapat memberikan penghidupan dalam setahunnya.
“Lada adalah komoditas andalan tiap tahun bagi warga Bangka,” kata Saepul Hidayat, salah satu tim manajemen perkebunan lada PT CAN.
Lada, disamping memberikan harapan menaikan pendapatan warga Bangka di bidang ekonomi, juga dikenal memiliki khasiat bagi kesehatan.
Sekurang-kurangnya ada 10 manfaat lada, yaitu dapat menurunkan berat badan, mencegah kanker, mengobati gejala flu, sakit kepala, mengontrol tekanan darah, menyehatkan jantung, melancarkan pencernaan dan kontrol gula darah.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Selain itu, manfaat lada putih untuk pengobatan penyakit kulit serta mengatasi vertigo.
Dahulu aktivitas utama warga Bangka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah sebagai penambang timah, sekarang pemanfaatan lahan bekas tambang menjadi lahan pertanian juga dikembangkan di daerah ini dengan cara pengembalian tanah permukaan dan pembenaman bahan organik. Setelah 1 – 2 tahun, lahan siap ditanami tanaman pionir seperti sengon dan akasia. Lahan bekas tambang timah dapat pula dimanfaatkan untuk budidaya padi.
Saat ini sudah dicetak sawah baru seluas 86 hektare di Desa Namang dan Desa Belilik, Kecamatan Namang yang pencetakannya menggunakan dana pemerintah pusat dan daerah dengan menghasilkan beras 4-5 ton/hektar, dengan jenis padi Ciherang yang tahan terhadap hama wereng coklat dan tahan terhadap bakteri hama daun (HDB) strain 3 dan 4.
Di wilayah Kecamatan Namang, tepatnya di Desa Namang, terdapat kawasan hutan lindung seluas 52,4 Ha yang bersertifikat menjadi 152,4 Ha. Hutan lindung Kalong atau Pelawan tersebut berfungsi sebagai kawasan wisata hutan. Hutan yang terdiri atas beragam spesies pohon seperti gelam, leting, pelawan, dan rempodong yang merupakan sumber nektar bagi lebah.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Lampung merupakan produsen utama lada putih (muntok white pepper) dan lada hitam (lampung black pepper).
Bangka Belitung menjadi penyumbang produksi lada terbanyak yakni mencapai 39% dari total produksi lada keseluruhan di Indonesia.
Masih menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, produktivitas lada di Bangka Belitung mencapai 1,25 ton per hektar.
Kiprah PT Cinquer Agro Nusantasra (CAN)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Perkebunan lada PT CAN berlokasi di Jalan Namang Pahlawan, Desa Namang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Untuk mencapai lokasi tersebut diperlukan waktu perjalanan dengan kendaraan mobil sekitar 29 menit untuk jarak 24.1 km.
Dalam tampilan laman perusahaannya, terpampang sebuah visi PT CAN Engaging People Flourishing Communities yang bermakna membuat orang lain terpikat dan ikut mengembangkan komunitas.
Kantor pusat PT CAN berada di Kompleks Pergudangan De Primatera Blok F2 Nomor 5, Jalan Raya Sapan, Gedepage, Tegalluar, Bojongsuong, Kabupaten Bandung.
PT CAN juga memiliki kantor pemasaran di Eropa, tepantya di Belanda, yang beralamat di Heijermansplein 244 3123 LM Schiedam.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Dalam kunjungan ke kebun PT CAN, MINA berkesempatan berinteraksi dengan tokoh kunci dalam pengelolaan kebunnya.
Aji Wahyono, pria asal Purwokerto, alumni Peternakan UNSOED 2008, yang mulai bergabung PT CAN tahun 2019 sebagai Manajer Kebun, mengkonfirmasikan bahwa kebun yang dikelolanya memiliki enam staf untuk mengolah lahan perkebunan lada seluas 7 hektar dari luas seluruhnya yang mencapai 15 hektar.
“Baru 7 hektar karena sisanya masih berupa hutan,” kata Aji menjawab pertanyaan MINA.
Tim CAN lainnya, yakni Saepul Hidayat yang membidangi tugas dan tanggung Jawab sebagai Tim Purchasing, bertugas mencari dan menganalisa calon supplier yang sesuai dengan material yang dibutuhkan.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Saepul juga melakukan negosiasi harga sesuai standar kualitas material dan memastikan tanggal pengiriman material. Dan melakukan koordinasi dengan pihak supplier mengenai kelengkapan dokumen.
Dalam pengadaan lada untuk konsumennya, PT CAN memberikan sebuah nilai tambah, yakni Traceability, dimana konsumen dapat memastikan bahwa lada yang dibelinya merupakan lada asli dari Bangka dan dapat ditelusuri melalui QR code yang tertera pada setiap kemasan.
“Selain purchasing juga supllier,” kata Saepul.
Pria asal Bandung ini mendapat amanat dari perusahaannya sebagai Supllier, dimana tugasnya adalah menjual bahan baku yang dibutuhkan perusahaan lain untuk diolah menjadi produk siap jual, dalam hal ini Supplier lada kepada perusahaan tertentu untuk diolah menjadi produk olahan lainnya, misalnya obat batuk.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Dalam perencanaan pengembangan kebun PT CAN ada sosok Andry Abdul Fatah yang juga bergabung tahun 2019.
Seorang pemuda lajang asal Bandung tamatan jurusan arsitektur ITB tahun 2015.
Ia adalah tim Landscape yang antara lain tugasnya melakukan perencanaan lansekap perkebunan lada, pemeliharaan dan penataan design jalan dan irigasi, bangunan dan green house.
Salah satu tokoh kunci di kebun PT CAN adalah Amin Tsofiyyuddin, pria asal Mojokerto tamatan pesantren di Magetan, Jawa Timur. Ia diberi tugas dan wewenang untuk mengkordinasikan tugas teknis di lapangan dan tugas pendampingan petani.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Di lapangan ada sosok pemuda lainnya, yakni Andi Anshori. Ia adalah pria asal Lumajang sebagai penanggung jawab dalam bidang pengumpulan bibit lada dan merawatnya hingga siap tanam.
Sebagaimana fitrahnya makhluk, tanaman juga memerlukan perhatian dalam proses tumbuh dan kembangnya.
Dengan kekhasan tumbuhan lada, Ia memfokuskan diri dalam pengembangan dan perawatan serta proses panen dan pascapanen.
Di sisi pengembangan petani, ada sosok Gunawan yang berlatar belakang petani tulen, bertugas menggawangi sebagai ketua kelompok tani atau atau manajer “Farmer Group” untuk mencetak enterpreneur di bidang pertanian dan peternakan.
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Demikian beberapa informasi terkait usaha maupun figur tokoh kunci dalam pengembangan kebun lada PT CAN di Provinsi Bangka Belitung.
Sebagian besar mereka adalah pemuda Indonesia yang berkomtimen dalam bidang pertanian.
Diharapkan dengan manajerial yang solid dan profesional, PT CAN dapat menjawab tantangan dalam meningkatkan kualitas hidup petani lada serta mengembalikan kejayaan rempah Indonesia seperti dahulu kala.
Semoga apa-apa yang diharapkan benar-benar menjadi kenyataan, aamiin. (A/RS5/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)