Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelombang Panas di Eropa Tewaskan Ribuan Orang, Ilmuwan Peringatkan Krisis Iklim

Widi Kusnadi Editor : Rudi Hendrik - 32 detik yang lalu

32 detik yang lalu

0 Views

Gelombang panas capai 50 derajat Celsius. (Foto: EPA)

London, MINA – Gelombang panas ekstrem yang melanda Eropa selama sepuluh hari hingga Rabu (2/7) telah menyebabkan sedikitnya 2.300 orang meninggal dunia di 12 kota besar di Eropa. Studi terbaru menyebut bahwa sebagian besar kematian tersebut berkaitan langsung dengan dampak perubahan iklim yang memperparah intensitas suhu ekstrem.

Laporan ini dipublikasikan oleh para ilmuwan dari Imperial College London dan London School of Hygiene and Tropical Medicine, Rabu (9/7). Mereka menemukan bahwa sebanyak 1.500 korban jiwa secara langsung dikaitkan dengan suhu tinggi yang diperparah oleh akumulasi emisi gas rumah kaca di atmosfer. MEMO melaporkan.

Suhu di beberapa wilayah Eropa Barat, termasuk Spanyol dan Prancis, tercatat melampaui 40 derajat Celsius selama periode tersebut. Di Spanyol, suhu ekstrem bahkan memicu kebakaran hutan di sejumlah kawasan. Kota-kota besar seperti Barcelona, Madrid, London, dan Milan mengalami lonjakan suhu yang dipengaruhi perubahan iklim hingga mencapai empat derajat Celsius di atas rata-rata.

Peneliti utama, Dr. Ben Clarke menyatakan bahwa perubahan iklim telah menjadikan gelombang panas tidak hanya lebih sering, namun juga lebih berbahaya. “Ketika suhu dasar global naik, gelombang panas yang terjadi akan semakin ekstrem dan mematikan,” ujarnya.

Baca Juga: Amnesty International Kecam Sanksi AS terhadap Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese

Para ilmuwan menggunakan model epidemiologi dan analisis data historis kematian, termasuk akibat panas ekstrem dan kondisi medis yang diperburuk oleh suhu tinggi. Mereka menegaskan bahwa kematian akibat panas sering kali tidak tercatat secara resmi, dan beberapa negara bahkan tidak merilis data tersebut, sehingga pendekatan ilmiah menjadi penting untuk menghasilkan estimasi yang akurat.

Sementara itu, Kepala Strategi Iklim Copernicus, Samantha Burgess memperingatkan bahwa dunia yang semakin memanas akan menghadapi gelombang panas lebih sering dan lebih mematikan, berdampak pada jutaan orang di seluruh benua.

Para peneliti juga menekankan bahwa sistem kesiapsiagaan terhadap panas ekstrem di berbagai negara masih sangat minim. Mereka mendesak agar tindakan iklim yang lebih cepat dan tegas segera diambil guna mencegah krisis kesehatan yang lebih luas. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Maroko Buka Kembali Kedutaannya di Suriah setelah 13 Tahun Tutup

Rekomendasi untuk Anda