Rabat, MINA — Gelombang demonstrasi yang dipimpin generasi muda Maroko, khususnya kelompok Gen Z, mengguncang sejumlah kota besar setelah empat hari berturut-turut aksi protes sejak 27 September 2025.
Aksi tersebut menuntut reformasi sektor kesehatan dan pendidikan, serta menyerukan pemberantasan korupsi dan keadilan sosial bagi generasi muda dan perempuan.
Menurut laporan France24, kerusuhan pecah di Inezgane dekat Agadir, para demonstran bertopeng melemparkan batu ke arah polisi, membakar area di sekitar pusat perbelanjaan, dan merusak kantor pos. Insiden serupa juga dilaporkan terjadi di Ait Amira, Beni Mellal, dan Oujda.
Demonstrasi ini dipimpin oleh kelompok anonim bernama “GenZ 212”, yang menyebarkan seruan aksi melalui platform Discord.
Baca Juga: Kapal Observer Summertimes-Jong Putar Arah ke Siprus Usai Ditolak Sandar Mesir
Kelompok ini dalam pernyataannya di Facebook menyatakan penyesalan atas tindakan vandalisme, sekaligus menyerukan agar peserta menjaga kedamaian agar tuntutan mereka yang sah tetap memiliki legitimasi di mata publik.
Respons aparat keamanan tergolong tegas. Sebanyak 37 orang akan diadili terkait keterlibatan dalam protes; 34 di antaranya akan disidang dalam keadaan bebas, sementara tiga lainnya tetap ditahan. Di Casablanca, jaksa membuka penyelidikan terhadap 18 individu karena menghalangi lalu lintas, termasuk enam remaja yang dirujuk ke pengadilan anak.
Menurut Asosiasi Maroko untuk Hak Asasi Manusia (AMDH), lebih dari 200 demonstran muda ditangkap di Rabat selama tiga hari terakhir, meski sebagian besar telah dibebaskan. Pemerintah koalisi Maroko, yang didominasi partai-partai kanan-tengah dan liberal, menyatakan kesediaannya merespons aspirasi rakyat secara positif dan bertanggung jawab.
Demonstrasi ini meluas ke setidaknya 11 kota besar, termasuk Rabat dan Casablanca, dengan peserta aksi mengecam prioritas pemerintah terhadap proyek-proyek besar, misalnya pembangunan stadion untuk Piala Dunia 2030, yang dinilai mengabaikan kebutuhan publik, khususnya sektor kesehatan dan pendidikan.
Baca Juga: Aktivis Rohingya di PBB: Genosida Belum Berakhir, Kami Masih Dijadikan Target Pembantaian
Gelombang protes generasi muda di Maroko mencerminkan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro-rakyat, terutama dalam hal pelayanan publik dan kesejahteraan sosial.
Kelompok Gen Z 212 muncul sebagai simbol aktivisme digital, memanfaatkan media sosial dan platform komunikasi daring untuk memobilisasi aksi di jalanan.
Situasi ini sejalan dengan tren global, di mana generasi muda menggunakan teknologi dan media sosial untuk menekan pemerintah agar lebih responsif terhadap isu-isu sosial dan ekonomi, termasuk di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pemerintah menghadapi dilema antara menegakkan ketertiban dan mengakomodasi aspirasi warga muda yang menuntut perubahan. []
Baca Juga: Perusahaan Telekomunikasi Afghanistan Akui Pemutusan Internet Perintah Pemimpin Tertinggi Negara
Mi’raj News Agency (MINA)