Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gempa Aceh, Bersatu Dalam Bencana

Rudi Hendrik - Kamis, 8 Desember 2016 - 21:53 WIB

Kamis, 8 Desember 2016 - 21:53 WIB

592 Views

Proses evakuasi korban bencana gempa bumi di Pidie Jaya Aceh, Rabu (7/12/2016). Gempa berkekuatan 6,5 SR ini dilaporkan memakan korban jiwa hingga 40 orang tewas (VIVA.co.id/instagram)

 

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Belum genap sepekan usai acara akbar Aksi Bela Islam Super Damai 212 umat Islam menjadi pusat perhatian dunia yang menunjukkan kuatnya persatuan rakyat Indonesia, kini pada 7 Desember 2016, perhatian dunia masih tertuju ke Indonesia, tapi kali ini bergeser ke pinggir barat dengan terjadinya gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter. Perhatian dunia seolah belum diizinkan beralih dari Indonesia.

Setelah bangsa dan umat di Indonesia menunjukkan persatuan dalam membela agama dan Al-Quran, bangsa dan umat negeri ini kembali menunjukkan persatuan dalam duka.

Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan

Dalam masa membela Al-Quran yang ditunjukkan pada Aksi Bela Islam (ABI) ke-1 pada 14 Oktober 2016, dilanjutkan dengan ABI 2 pada 4 November 2016, dan puncaknya ABI Super Damai 212 pada 2 Desember 2016, umat Islam Indonesia datang dari berbagai wilayah berkumpul satu suara di Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Waktu, tenaga, dan harta mereka sisihkan semata-mata untuk membela Al-Quran dari penistaan.

Ada hal yang mencengangkan yang semua meyakini bahwa itu adalah semata-mata pertolongan Allah, salah satunya yaitu bantuan logistik. Untuk umat yang dihitung sebanyak lebih dari tujuh juta yang datang berkumpul untuk zikir dan salat Jumat di Monas, tidak kesulitan mendapatkan minum dan makan. Bantuan dari berbagai sumber berdatangan bantuan membanjiri lokasi acara yang khusus diperuntukkan peserta aksi.

Terlihat pula, bagaimana umat Islam yang tidak langsung ikut aksi 212, berlomba-lomba memberi bantuan minum, makan, sarung, sendal, sepatu hingga mentraktir gratis di restoran para peserta jalan kaki asal Ciamis yang menuju Jakarta sepanjang kota-kota yang mereka lalui. Mereka bersatu-padu dan bahu membahu dalam perjuangan membela Islam.

Bersatu dalam bencana

Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan

Kini, menghadapi gempa di Pidie, Aceh, elemen bangsa Indonesia serentak bergerak ke wilayah bencana untuk membantu dengan tenaga dan harta. Bantuan dari luar wilayah bencana semakin meringankan dan melengkapi rakyat dan aparat pemerintah di lokasi yang sedang bahu membahu berusaha melakukan evakuasi tanpa kenal lelah.

Gempa bumi 6,5 skala Richter di kedalaman 10 km yang terjadi Rabu pagi pukul 05.03 WIB tersebut, menimbulkan banyak bangunan roboh dan hancur, tapi tidak menimbulkan gelombang tsunami.

Hingga Jumat (9/12), tercatat sebanyak 100 korban meninggal, 127 korban luka berat dan 462 korban luka ringan.

Tiga kabupaten paling parah adalah Pidie Jaya, Pidie dan Biruen.

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

“105 ruko roboh, 19 ruko rusak berat, 5 ruko rusak ringan, 429 rumah rusak (348 rusak berat, 42 rusak sedang, 39 rusak ringan), 14 Masjid rusak berat, 6 unit musala/meunasah rusak, 1 unit bangunan RSUD Pidie rusak berat, 1 unit bangunan Kampus STAI AL-Azziziyah Mudi Mesra Roboh, 3 unit bangunan pesantren rusak,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Dilaporkan 10.000 santri berhenti dari kegiatan rutinnya karena kerusakan pada bangunan pondok pesantren.

Sejumlah personel gabungan, terdiri dari tim SAR, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan warga, pun berjibaku mencari korban yang terjebak di balik reruntuhan bangunan. Pencarian korban dilakukan tanpa mengenal lelah dalam suasana keprihatinan dan kepedihan.

Saat ini, hal yang paling utama untuk ditanggulangi adalah tempat tinggal masyarakat. Mereka kebanyakan masih tinggal di masjid-masjid.

Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia

Sehari pascagempa pun, ada pula sebagian masyarakat di daerah bencana mulai beraktivitas setelah jalan-jalan dibersihkan dari puing-puing, seperti yang dilakukan oleh sebagian warga Kecamatan Tringgading, Pidie Jaya, Aceh.

Berbagai LSM dan dan lembaga kemanusiaan yang berpusat di Jakarta dan kota-kota besar Indonesia lainnya secara serentak membuka pos penggalangan dana untuk membantu korban gempa Aceh. Tenaga-tenaga relawan pun segera dikirim meluncur ke daerah bencana, termasuk yang utama juga adalah dokter dan tenaga medis lainnya. Demikian juga Jamaah Muslimin (Hizbullah) dan MER-C.

Seorang warga desa Kuta Pangwa, Kec. Tringgadeng, Kab. Pidie Jaya, daerah terparah terdampak gempa, mengatakan bahwa logistik yang sangat dibutuhkan antara lain: sarana dapur umum,  tenda darurat, obat-obatan, beras, ikan kaleng, ikan asin, telor ayam,  dan pakaian layak pakai.

Peta lokasi gempa bumi di Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu, 7 Desember 2016, pukul 05.03 WIB.

 

Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

Gempa Pidie tidak terpetakan

Meskipun Aceh memiliki rekam jejak panjang gempa, kali ini gempa terjadi di darat, di zona yang belum terpetakan.

Kekuatan gempa tergolong menengah, yaitu 6,5 SR. Berdasarkan perhitungan peneliti tsunami pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, energi gempa itu setara enam kali bom atom di Hiroshima, Jepang.

“Menyebabkan keretakan kira-kira 30 km x 10 km dengan pergeseran 0,6 meter,” kata Widjo.

Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan

Sedangkan menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mochamad Riyadi, pusat gempa pada 5,25 Lintang Utara dan 96,24 Bujur Timur, tepatnya di darat, 106 km tenggara Kota Banda Aceh. Gempa mempunyai mekanisme sesar atau patahan mendatar.

Dalam catatan BMKG, hingga Kamis pagi, sedikitnya terjadi 25 kali gempa susulan dengan kekuatan 3,3 sampai 4,4 SR.

Kepala Badan Geologi Ego Syahrial menerangkan, Kabupaten Pidie Jaya masuk dalam zona merah rawan gempa. Pusat gempa dikelilingi sesar aktif yang menjadi pembangkit gempa bumi, yaitu Sesar Samalanga-Sipopok Fault yang jalur sesarnya berarah barat daya-timur laut.

Lazimnya, gempa bumi dilahirkan dari segmen sesar atau patahan tertentu. Namun, gempa di Pidie Jaya pada Rabu pagi, justru melahirkan pengetahuan baru tentang sesar di zona itu. Nama Sesar Pidie disiapkan untuk zona kegempaan baru yang teridentifikasi setelah gempa.

Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global

“Kalau merujuk patahan yang ada, paling dekat patahan (sesar) Samalanga-Sipopok. Namun, ini di luar jalurnya,” kata Nazli Ismail, dosen Jurusan Fisika Universitas Syiah Kuala, Aceh. “Belum bisa dipastikan.”

Nazli saat ini sedang meneliti zona sesar darat di Aceh.

Berikut daftar gempa bumi yang terjadi di Aceh berdasarkan data harian Kompas:

  1. 23 Agustus 1936 berkekuatan 7,3 Ms menewaskan 18 jiwa.
  2. 2 April 1964 berkekuatan 6,5 SR.
  3. 20 Juni 1976 berkekuatan 6,1 SR.
  4. 15 November 1990 berkekuatan 6,6 SR menewaskan 1 jiwa.
  5. 2 November 2002 berkekuatan 6,5 menewaskan 2 jiwa.
  6. 26 Desember 2004 berkekuatan 9,1 M menewaskan 166.541 jiwa.
  7. 28 Maret 2005 berkekuatan 8,7 SR menewaskan 62 orang.
  8. 20 Februari 2008 berkekuatan 7,4 SR menewaskan 4 jiwa.
  9. 9 September 2009 berkekuatan 7,6 SR.
  10. 7 April 2010 berkekuatan7,2 SR.
  11. 6 September 2011 berkekuatan 6,7 SR menewaskan 2 jiwa.
  12. 22 Januari 2013 berkekuatan 5,9 M menewaskan 1 jiwa.
  13. 22 Oktober 2013 berkekuatan 5,6 M menewaskan 1 jiwa.
  14. 11 April 2014 berkekuatan 8,8 M menewaskan 10 jiwa.
  15. 7 Desember 2016 berkekuatan 6,5 M menewaskan sedikitnya 94 jiwa, kemungkinan terus bertambah.

(P001/P2)

Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda