Sanaa, 24 Rajab 1436/13 Mei 2015 (MINA) – Sebuah gencatan senjata kemanusiaan selama lima hari dimulai di Yaman, hanya beberapa jam setelah pesawat tempur koalisi Arab menargetkan milisi oposisi bersenjata Houthi dan sekutunya di Yaman.
Tidak jelas, apakah kedua belah pihak menghormati gencatan senjata yang dimulai pada pukul 11 malam waktu setempat, Selasa (12/5), Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Jeda dalam pertempuran yang telah menewaskan ratusan warga sipil ini, akan menguji niat kedua belah pihak kepada pembicaraan damai.
Baik milisi Houthi dan pemerintah Yaman yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi mengatakan, mereka siap menanggapi dengan kekerasan jika lawan mereka menentang gencatan senjata.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Sebelumnya pada hari itu, setidaknya 69 orang tewas dan 250 lainnya luka-luka oleh ledakan setelah jet tempur koalisi menembak sebuah gudang senjata di dekat ibukota Yaman, Sanaa, menurut pejabat medis.
Warga mengatakan, ledakan di sebuah pangkalan militer di Gunung Noqum berlangsung tengah hari pada Selasa.
Seorang pejabat mengatakan kepada kantor berita AFP, sebagian besar orang yang tewas dan luka-luka adalah warga sipil.
Di tempat lain, di Taiz, penembakan dipersalahkan kepada gerilyawan Houthi yang menewaskan sedikitnya 10 orang.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan Senin, gencatan senjata dapat diperpanjang jika pengiriman bantuan berhasil dan jika Houthi dan sekutunya tidak melakukan tindakan kekerasan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Menurut PBB, konflik di Yaman telah menewaskan lebih 1.400 orang sejak 19 Maret, sebagian besar korban adalah warga sipil. Sekitar 25 juta warga Yaman mengalami kekurangan makanan, air, obat-obatan dan listrik sebagai akibat blokade dari angkatan laut, udara dan darat. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata