Damaskus, 30 Rabi’ul Awwal 1438/30 Desember 2016 (MINA) – Gencatan senjata nasional di Suriah yang ditengahi oleh Rusia dan Turki mulai berlaku terhitung Jumat pagi, 30 Desember 2016.
Gencatan senjata nasional ini adalah sebuah terobosan yang berpotensi besar menuju perdamaian dalam konflik yang hampir enam tahun itu, meskipun ada laporan bahwa tetap terjadi bentrokan di daerah yang terisolasi.
Sementara gencatan senjata terjadi di sebagian besar wilayah Suriah, menurut kelompok pemantau, beberapa pertempuran pecah di dekat kota Kristen di provinsi Hama antara oposisi dan pasukan pemerintah Suriah.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Bentrokan sengit terjadi antara kedua belah pihak memaksa pasukan rezim menarik diri dari sebuah bukit dekat Maharda,” kata Abdel Rahman, Ketua Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) yang berbasis di Inggris, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Menurut SOHR, kelompok oposisi kecil dan loyalis pemerintah berusaha untuk menghancurkan gencatan senjata.
Dalam laporan pada hari Kamis, monitor mengatakan, provinsi-provinsi utama menyaksikan “suasana tenang” menjelang gencatan senjata.
Di tempat lain, militer Turki mengatakan pada Jumat bahwa Rusia melakukan tiga serangan udara terhadap posisi militan Islamic State (ISIS) dekat Al-Bab, menewaskan sedikitnya 12 militan.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Tentara Turki yang lain menyebutkan serangan udara Rusia menewaskan 26 militan ISIS di Al-Bab dan Daglabash
Kesepakatan gencatan senjata memang mengecualikan ISIS dan kelompok militan yang dicap “teroris” oleh pihak pemerintah dan negara pendukung oposisi.
Sementara itu, setidaknya satu tentara Turki tewas dalam serangan oleh ISIS di Suriah utara. (T/RI-1/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan