Jakarta, 25 Sya’ban 1434/4 Juli 2013 (MINA) – Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, dalam sambutannya di acara Seminar Nasional Nasionalisme Kultural, mengatakan bahwa globalisasi dapat menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan.
“Dampak negatif yang paling berbahaya dari globalisasi adalah dapat menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan,” kata Djoko Santoso di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Kamis (4/7).
Menurut mantan Panglima TNI 2007-2010 itu, globalisasi dapat memberi pengaruh positif dan juga pengaruh negatif.
“Saat ini Indonesia dilanda gelombang pasang globalisasi yang dapat berpengaruh secara positif dan negatif pada sendi-sendi masyarakat kita,” katanya.
Baca Juga: Menteri Yusril Sebut ada Tiga Negara Minta Transfer Napi
Lebih lanjut Ketua Dewan Pembina Ikatan Persatuan Haji Indonesia itu mengatakan bahwa masyarakat kita semakin banyak bergelut dengan budaya asing yang justeru merusak budaya kita.
Budaya barat, tambah Djoko Santoso, lebih dekat kepada gaya hidup riset, hedonisme, materialisme, seks, pornografi dan lainnya.
Sementara itu, Prof. Djoko Suryo mengungkapkan pada kesempatan yang sama, bahwa bangsa Indonesia mengalami perubahan besar yang hadir pada akhir abad 20 dan awal abad 21, yaitu era globalisasi.
“Era globalisasi yang hadir pada akhir abad 20 dan awal abad 21, terasa mengancam rasa kebudayaan lokal. Terjadi pencanpuran antara budaya global dengan budaya lokal,” kata sejarahwan asal Universitas Gajah Mada (UGM) itu.
Baca Juga: ICMI Punya Ruang Bentuk Kader-kader Indonesia Emas 2045
“Juga rusaknya elemen nilai-nilai kearifan budaya lokal. Kita juga di ancam kebudayaan tekstual yang semu, yang menghilangkan kebudayaan warisan leluhur kita. Nilai-nilai moralitas kita kian mengalami kemerosotan.”
Menurut Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM itu, konsep kultural (budaya) menjadi sangat penting, karena memiliki lima unsur, yaitu memberikan identitas baik individu maupun bangsa, menetapkan batas pembeda, meningkatkan kemantapan sistem sosial, menimbulkan komitmen masyarakat, dan sebagai pemandu pembentuk pribadi baik secara individual dan bangsa.
Sementara sejarahwan Prof. DR. Anhar Gonggong mengatakan bahwa pengaruh besar dari globalisasi dengan segala dampaknya, harus dipikirkan betul, bagaimana kita menghadapi gejala-gejala itu.
“Kita harus melahirkan pewujudan kesadaran baru bahwa globalisasi yang kita terima harus bisa diseleksi. Kesalahan kita adalah tidak mampu menyeleksi serangan gloalisasi yang kita terima,” kata sejarahwan asal Sulawesi Selatan itu. (L/P09/E1).
Baca Juga: Antisipasi Kerawanan Pangan, Wamendes PDT Wacanakan Satu Provinsi Satu Desa ICMI
Mi’raj News Agency (MINA).