Munich, MINA – Guru besar asal Uyghur Prof Ilham Tohti dinominasikan untuk mendapatkan Hadiah Hak Asasi Manusia Rafto sebagai pengakuan atas kerja kerasnya dalam meningkatkan kepedulian kemanusiaan dan mempromosikan dialog antaretnis yang damai di Tiongkok.
Kongres Uyghur Dunia (WUC), Organisasi Bangsa-Bangsa dan Masyarakat yang Tidak Terwakili (UNPO) dan Komite Uyghur Norwegia (NUK) mengunggulkannya untuk hadiah Rafto, yang diberikan setiap tahun untuk mengakui kerja para HAM di dunia.
Ilham Tohti pernah menjabat sebagai guru besar ekonomi di Universitas Minzu, Beijing.
Ia memiliki spesialisasi dalam penelitian yang berfokus pada hubungan Uyghur-Han, serta kebijakan etnis Cina dan Turkistan Timur (Xinjiang).
Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din
WUC pada Senin (28/1) menyebutkan, Ilham juga dihormati karena mendirikan dan memelihara Uyghur Online, sebuah situs web yang didedikasikan untuk mempromosikan hak asasi manusia Uyghur dan meningkatkan hubungan antara orang-orang Cina Uyghur dan Han.
Ia banyak mengkritik tindakan represif pemerintah Cina terhadap Uyghur dan menulis secara luas tentang pendekatan konstruktif untuk mengatasi perlakuan yang tidak setara antara kelompok etnis.
Lebih khusus ia menyerukan dialog dan rekonsiliasi, melalui tuisan-tulisan yangia uanggah di websnya sebagai kendaraan utama.
Atas upayanya, ia ditangkap oleh otoritas Tiongkok pada 15 Januari 2014.
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok
Kelompok Kerja PBB tentang Penahanan Sewenang-wenang menemukan penahanannya padas 2014 itu termasuk tindakan sewenang-wenang.
Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada bulan September tahun itu dengan tuduhan “separatisme” setelah uji coba dua hari.
Pengacaranya tidak dapat bertemu dengannya selama enam bulan setelah penangkapan awal.
Tim pembelaannya menyebutkan, Jaksa Penuntut tidak melengkapi tuduhannya dengan bukti lengkap, dan saksi mereka yang diminta tidak diizinkan untuk bersaksi selama persidangan.
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza
Ilham telah menjalani hukuman seumur hidup sejak Desember 2014 di Penjara No. 1 Urumqi. Sejak itu, ia hanya diperbolehkan sedikit kunjungan dari keluarganya yang tinggal di Beijing.
China Change telah mencatat bahwa Ilham Tohti telah ditahan di sel isolasi sampai paling tidak awal 2016 dan telah ditolak haknya untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman selain dari kunjungan yang sangat minim.
WUC mengumpulkan 132 cendekiawan dan 19 organisasi masyarakat sipil dalam sebuah surat terbuka untuk mendesak pemerintah Tiongkok membebaskan Ilham Tohti dari penahanan sewenang-wenang selama peringatan lima tahun penangkapannya pada Januari 2019.
Ilham Tohti telah diakui oleh komunitas internasional karena penentangannya yang gigih terhadap kekerasan, dan terus mendukung dialog, pemahaman, dan perdamaian Uyghur-Han.
Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh
Pada tahun 2014, ia dianugerahi Penghargaan Barbara Goldsmith Freedom to Write atas komitmennya yang tak tergoyahkan untuk kebebasan berekspresi di Tiongkok.
Pada 11 Oktober 2016, Tohti dianugerahi Penghargaan Martin Ennals untuk Pembela Hak Asasi Manusia.
Dia juga dinominasikan untuk Hadiah Sakharov Parlemen Eropa pada tahun 2016.
WUC, UNPO dan NUK mendorong para sarjana dan organisasi untuk bergabung dalam pencalonan Ilham Tohti untuk penghargaan bergengsi ini. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Rusia Soroti Perlunya Palestina Merdeka untuk Selesaikan Krisis Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)