Almaty, MINA – Pasukan keamanan telah merebut kembali kendali kota utama Kazakhstan setelah berhari-hari mengalami kekerasan, ketika presiden yang didukung Rusia mengatakan, dia memerintahkan pasukannya untuk menembak mati guna memadamkan pemberontakan di seluruh negeri.
Sehari setelah Rusia mengirim pasukan untuk membantu memadamkan protes, polisi berpatroli di jalan-jalan Almaty yang dipenuhi puing-puing pada hari Jumat (7/1), meskipun beberapa tembakan masih terdengar, Al Jazeera melaporkan.
Puluhan orang tewas dan gedung-gedung publik di seluruh Kazakhstan telah digeledah dan dibakar dalam kekerasan terburuk, yang pernah dialami negara bekas bagian Uni Soviet itu dalam 30 tahun kemerdekaannya.
Presiden Kazakh Kassym-Jomart Tokayev menyalahkan teroris terlatih asing atas kerusuhan tersebut, tanpa memberikan bukti.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Para militan belum meletakkan senjata mereka, mereka terus melakukan kejahatan atau sedang mempersiapkannya,” kata Tokayev (68) dalam pidato yang disiarkan televisi.
“Siapa pun yang tidak menyerah akan dihancurkan. Saya telah memberikan perintah kepada lembaga penegak hukum dan tentara untuk menembak mati, tanpa peringatan,” tegasnya.
Demonstrasi dimulai sebagai tanggapan terhadap kenaikan harga bahan bakar, tetapi Meletus menjadi gerakan luas melawan pemerintah dan mantan Presiden Nursultan Nazarbayev, penguasa terlama berusia 81 tahun.
Keluarganya secara luas diyakini telah mempertahankan pengaruhnya di Nursultan, ibu kota yang dibangun khusus dan menyandang namanya. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Mi’raj News Agency (MINA)