Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadir di IBF 2018, Tere Liye Berbagi Tips Cara Menulis

Rendi Setiawan - Ahad, 22 April 2018 - 15:59 WIB

Ahad, 22 April 2018 - 15:59 WIB

57 Views

(dok. MINA)

(dok. MINA)

Jakarta, MINA – Islamic Book Fair (IBF) 2018 telah memasuki hari terakhir. Jumlah pengunjung pun tak nampak menunjukkan tanda-tanda penurunan dari hari-hari sebelumnya.

Suasana IBF 2018 semakin meriah setelah beberapa penulis kenamaan hadir di acara tahunan itu. Seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, hingga Hanum Rais. Di hari penutupan kali ini, giliran novelis terkenal Habiburrahman El Shirazy dan Tere Liye ikut memeriahkan IBF 2018.

Tere saat melaunching novel terbarunya berjudul “Pergi” yang merupakan karyanya yang ke 30 pada Ahad (22/4) di Jakarta Convention Center (JCC) sempat berbagi tips cara menulis kepada para pengunjung yang hadir.

“Bagaimana cara menulis dengan baik. Apakah dengan kita suruh anak kita langsung menulis? Tentu tidak. Tapi harus menumbuhkan minat baca anak terlebih dahulu,” ujar Tere.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

Tere menjelaskan, setelah anak suka membaca, maka motivasi menulis dengan sendirinya akan ikut tumbuh. Tetapi, kata dia, orang tua masih harus memancing motivasi menulis anak.

“Namun di Indonesia sangat sedikit yang gemar menulis bahkan satu banding seribu, misalnya seribu orang di Indonesia hanya satu yang gemar menulis,” katanya.

Ia mengatakan, seorang muslim tidak boleh melupakan identitasnya sebagai muslim. Sebab, di dalam Al-Quran, surat yang pertama kali turun adalah perintah membaca.

“Ayat pertama yang berbunyi “iqro” bacalah, memberikan pesan kepada umat Islam untuk senang membaca. Dengan biasa membaca maka akan mudah untuk menulis dengan baik,” katanya.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Apalagi, kata dia, kalau ada anak pesantren yang tidak suka membaca, berati mereka tidak melaksanakan atau melakukan tugas utamanya dia sebagai identitas seorang muslim.

“Tetap jangan sampai kita menghilangkan identitas kita sebagai muslim, umat yang gemar membaca dan menulis,” katanya. (L/Gnwn/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia