Osaka, MINA – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang yang dibuka pada Jumat (28/6) pagi, dihadiri oleh pemimpin negara-negara anggota Group 20, antara lain Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Presiden RRT Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden RI Joko Widodo.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang hadir mendampingi Presiden Jokowi mengatakan dalam siaran pers di Setkab.go.id, pertemuan tersebut belum mampu menuntaskan masalah perang dagang yang terjadi antara AS dan RRT.
Mengenai sikap AS dan RRT sendiri, Sri Mulyani menyampaikan, nampaknya masih ada jarak yang cukup signifikan dari para pimpinan terutama dari Trump dan Pimpinan yang lain.
Di dalam opening statement-nya, lanjut Menkeu, Trump menyampaikan, mereka mengungkapkan adanya isu trade yang fair, yang adil, dan adanya reproksikaliti, saling sama adil. Pentingnya memungkinkan level playing field dan tidak ada tindakan policy yang dianggap tidak fair.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Dalam hal ini, bahkan digunakan kalimat predatory nation yang bisa memanfaatkan perekonomian Amerika.
“Ini menggambarkan bahwa di dalam konsep Presiden Trump bahwa masih ada negara-negara yang dianggap melakukan praktik-praktik yang dianggap merugikan Amerika Serikat,” jelas Sri Mulyani.
Di sisi yang lain, lanjut Menkeu, Xi Jinping menganggap, situasi ini adalah disebabkan oleh kebijakan yang memang dibuat oleh seseorang oleh suatu negara sehingga keinginan untuk bisa menciptakan win win solution adalah merupakan fungsi dari keinginan untuk memperbaiki atau menciptakan solusi itu sendiri atau tidak.
Dari semua pimpinan negara yang melakukan intervensi di session yang pertama, menurut Menkeu, semuanya menginginkan adanya reformasi di World Trade Organization (WTO).
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Diakui Menkeu, belum ada kesepakatan bagaimana caranya sehingga ini yang akan menimbulkan ketidakpastian di dalam hasil G20 ini sendiri.
Meskipun demikian, nasih diharapkan nanti komunike bisa mewadahi perbedaan itu di dalam suatu kesepakatan pernyataan bersama dan juga semua mata sekarang melihat bagaimana esok akan ada pertemuan antara Trump dengan Xi Jinping. (T/Sj/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon