Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Salah satu tanda baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” من حسن إسلام المرء ترك ما لا يعنيه ” حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” [HR. Tirmidzi no. 2318, Ibnu Majah no. 3976].
Yang dimaksud meninggalkan hal hal yang tidak bermanfaat? Imam al-Qori berkomentar mengenai makna “meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” Maksudnya sesuatu yang tidak penting dan tidak patut ia lakukan. Baik berupa ucapan atau tindakan. Baik sekedar melihat maupun memikirkan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Qurrah bin ‘abdurrahman dari Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dan sanad-sanadnya ia nyatakan shahih. Tentang Hadits ini ia berkata, “Hadits ini kalimatnya pendek tetapi padat berisi.”
Semakna dengan hadits ini adalah ucapan Abu Dzar pada beberapa riwayatnya, “Siapa yang menilai ucapan dengan perbuatannya, maka dia akan sedikit bicara dalam hal yang tidak berguna bagi dirinya.”
Imam Malik menyebutkan bahwa sampai kepadanya keterangan seseorang berkata kepada Luqman, “Apa yang menjadikan engkau mencapai derajat yang kami saksikan sekarang?” Jawabnya, “Berkata benar, menunaikan amanat dan meninggalkan apa saja yang tidak berguna bagi diriku.”
Diriwayatkan dari Imam Al Hasan, ia berkata, “Tanda bahwa Allah menjauh dari seseorang yaitu apabila orang itu sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna bagi kepentingan akhiratnya.” Ia berkata bahwa Abu Dawud berkata, “Ada 4 Hadits yang menjadi dasar bagi tiap-tiap perbuatan, salah satunya adalah Hadits ini.”
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hadits ini mengandung makna bahwa di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baik berupa perkataan atau perbuatan. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 288)
Tanda baiknya seorang muslim adalah dengan ia melakukan setiap kewajiban. Juga di antara tandanya adalah meninggalkan yang haram sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
Jika Islam seseorang itu baik, maka sudah tentu ia meninggalkan pula perkara yang haram, yang syubhat dan perkata yang makruh. Begitu pula berlebihan dalam hal mubah yang sebenarnya ia tidak butuhkan. Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat semisal itu menunjukkan baiknya seorang muslim. Demikian perkataan Ibnu Rajab Al Hambali yang kami olah secara bebas (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 289).
Menjaga lisan, tanda baiknya Islam seseorang
Kata Ibnu Rajab rahimahullah, “Mayoritas perkara yang tidak bermanfaat muncul dari lisan yaitu lisan yang tidak dijaga dan sibuk dengan perkataan sia-sia.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 290).
Tentang keutamaan menjaga lisan ini diterangkan dalam ayat berikut yang menjelaskan adanya pengawasan malaikat terhadap perbuatan yang dilakukan oleh lisan ini. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qs. Qaaf: 16-18).
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Yang dicatat adalah setiap perkataan yang baik atau buruk. Sampai pula perkataan “aku makan, aku minum, aku pergi, aku datang, sampai aku melihat, semuanya dicatat. Ketika hari Kamis, perkataan dan amalan tersebut akan dihadapkan kepada Allah.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13: 187).
Dalam hadits Al Husain bin ‘Ali disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ قِلَّةَ الْكَلاَمِ فِيمَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah mengurangi berbicara dalam hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Ahmad 1: 201. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan adanya syawahid –penguat-).
Abu Ishaq Al Khowwash berkata, “Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan dan banyak tidur.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5: 48).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,
من عدَّ كلامه من عمله ، قلَّ كلامُه إلا فيما يعنيه
“Siapa yang menghitung-hitung perkataannya dibanding amalnya, tentu ia akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat.” Kata Ibnu Rajab, “Benarlah kata beliau. Kebanyakan manusia tidak menghitung perkataannya dari amalannya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 291). Sebaliknya yang banyak terjadi di tengah-tengah kehidupan kaum muslimin adalah banyak bicara, sedikit amalan.
Ibnu Rajab berkata, “Jika seseorang meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat, kemudian menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat, maka tanda baik Islamnya telah sempurna.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 295).
Semoga Allah Ta’ala selalu membimbing setiap langkah dari umat Islam ini agar selalu mengerjakan hal-hal yang lebih banyak manfaatnya dibanding mudaratnya, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi
(Sumber: Hadits Arbain An-Nawawi. Penerbit: Darul Haq)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sujud dan Mendekatlah