HAKTEKNAS 2020: Vaksin COVID-19 ‘Merah-Putih’ Simbol Kemandirian

Upaya pengembangan terus dilakukan oleh berbagai pihak di dunia, termasuk Indonesia.

Saat ini, pengembangan vaksin virus corona dalam negeri yang disebut Vaksin Merah-Putih terus diupayakan seiring dibukanya peluang kerja sama pengembangan vaksin bersama negara-negara sahabat.

Menristek/Kepala BRIN mengawali puncak acara HAKTEKNAS ke-25 yang digelar di Auditorium Gedung BJ Habibie Jakarta dan ditayangkan secara virtual, Senin (10/8) menjelaskan, Vaksin Merah-Putih merupakan vaksin yang dikembangkan secara mandiri oleh Indonesia, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, dengan titik berat pada empat faktor: kecepatan, efektivitas, akurasi, dan kemandirian.

Pengembangan vaksin ini dikerjakan oleh Tim Pengembangan Vaksin Merah-Putih yang dipimpin LBM Eijkman, dengan platform
protein rekombinan dan beberapa platform lainnya.

Sensitivitas dan efektivitas Vaksin Merah-Putih akan lebih tinggi karena menggunakan isolat virus COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia.

Pada saat ini di seluruh dunia terdapat tujuh pendekatan desain vaksin yang sedang dikembangkan, yaitu protein rekombinan, inactivated, adenovirus, peptida rekombinan, partikel seperti virus atau viruslike particle (VLP), vaksin berbasis asam nukleat (DNA dan RNA), dan teknologi inovasi berbasis kandidat vaksin.

Saat ini, LBM Eijkman tengah mengembangkan vaksin menggunakan platform protein rekombinan yakni S dan N, dengan menggunakan
sistem ekspresi sel mamalia dan yeast.

Tahapan pembuatan vaksin diawali dengan menggabungkan materi genetik virus SARS-CoV-2 ke dalam vektor ekspresi protein, untuk kemudian diekspresikan di sel mamalia atau yeast tersebut. Setelah protein rekombinan didapatkan, akan digunakan sebagai kandidat vaksin dari antigen virus yang terbentuk.

Tahapan berikutnya adalah uji imunogenisitas dan efikasi di hewan coba sebelum berlanjut ke tahap scale up seed vaccine, uji klinis pada manusia, dan produksi vaksin skala besar. Untuk produksi vaksin akan dilakukan oleh Bio Farma sebagai satu-satunya produsen vaksin di Asia Tenggara.

Platform protein rekombinan yang digunakan pada Vaksin Merah-Putih dianggap lebih aman dibandingkan dengan vaksin DNA dan RNA dalam hal replikasi protein, serta lebih aman daripada keseluruhan virus yang dilemahkan atau dibunuh, karena tidak memerlukan pengembangbiakan virus dalam jumlah besar.

LBM Eijkman dan Bio Farma melibatkan Majelis Ulama Indonesia dalam pengembangan vaksin guna memastikan kehalalan vaksin.
Kolaborasi pengembangan vaksin buatan dalam negeri ini melibatkan berbagai pihak.

Kementerian, lembaga, dan universitas yang terlibat antara lain Kemenristek/BRIN, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Kesehatan, LBM Eijkman, Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bio Farma, Kalbe, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

Beberapa perguruan tinggi yang terlibat adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sebelas Maret, Universitas Udayana, Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya, Universitas Padjajaran, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Sumatera Utara.

Vaksin Merah-Putih bukan saja bermakna sebagai simbol kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti dan ilmuwan kita, tapi juga simbol kemandirian bangsa dan sebagai upaya mendorong substitusi impor dalam bidang produk-produk kesehatan untuk percepatan penanganan COVID-19.

“Kedepannya, pemerintah dan masyarakat harus terus bersinergi mendukung pengembangan Vaksin Merah-Putih sebagai momen
bersejarah bangsa,” pungkas Menristek/Kepala BRIN.(L/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.