COVID-19 di China ‘Menggila’, 164 Orang Tewas dalam Sebulan

Beijing, MINA – Gelombang kembali melanda dan menyebabkan lonjakan kasus baru.

Otoritas kesehatan China mencatat ada 2.800 kasus dalam kondisi parah dan 164 orang tewas di puncak gelombang tersebut.

Dalam sebuah laporan tentang situasi COVID-19 di China yang diterbitkan pada Ahad (11/6), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, menyebut kasus parah dan kematian paling banyak terjadi pada lanjut usia.

Adapun usia rata-rata orang yang meninggal adalah 79,3 tahun. Sementara lebih dari 90 persen kasus kematian disebabkan oleh komorbid yang dikombinasikan dengan COVID-19.

Sebelumnya, CDC China melaporkan ada sekitar 83.150 orang meninggal akibat penyakit terkait COVID-19. Ini terjadi dari pertengahan Desember 2022 hingga awal Februari 2023.

Dikutip dari South China Morning Post, CDC China tidak memberikan nomor kasus untuk wabah terbaru.

Tetapi, firma data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, memperkirakan bahwa gelombang akan memuncak pada awal Juni sekitar 11 juta kasus per minggu, dengan total 112 juta orang terinfeksi.

Dalam laporan itu, CDC China mengatakan datanya menunjukkan infeksi bersifat sporadis dan terlokalisasi dari Februari hingga awal April. Angka tersebut mulai meningkat pada akhir April kemudian melambat pada akhir Mei.

“Jumlah kunjungan klinik kasus demam, kasus parah dan kematian meningkat pada Mei dari April. Tetapi, jumlahnya ‘jauh lebih rendah’ dibandingkan selama puncak wabah musim dingin,” tulis CDC China dalam datanya.

Selama gelombang saat ini, pasien yang mengunjungi klinik dengan keluhan demam di negara itu mencapai 360.000 pada 18 Mei, dua kali lipat dari jumlah pada 1 Mei. Dan angka itu turun menjadi 290.000 pada akhir Mei.

Meskipun demikian, kunjungan ini tak sebesar seperti pada Desember tahun lalu, yang bisa mencapai sampai 2.86 juta orang. Hal tersebut terjadi setelah Beijing mengakhiri pembatasan nol-COVID.

Lebih lanjut, CDC China mengatakan tingkat tes positif di antara orang dengan gejala flu naik dari 8,8 persen menjadi 40 persen dalam tiga minggu bulan lalu. Kemudian, angka ini meningkat lagi menjadi 42 persen pada akhir Mei.

Dikatakan 92 persen infeksi pada gelombang terbaru disebabkan oleh varian Omicron XBB.

Li Tongzeng, kepala dokter di departemen pernapasan dan penyakit menular Rumah Sakit Youan Beijing, mengatakan sebelumnya bahwa sistem kesehatan dapat menangani wabah tersebut.

“Kapasitas pengobatan jauh lebih baik daripada selama periode infeksi puncak pada awal tahun ini,” kata Li kepada situs berita Shanghai The Paper pada 24 Mei.

Dia mengatakan bahwa meskipun kasus meningkat pada saat itu, kasus tersebut terutama terlihat di klinik demam dan ditangani oleh staf medis di sana.

CDC China mengatakan akan terus merilis laporan bulanan tentang situasi COVID-19 di negara, itu seperti halnya untuk penyakit menular kategori B lainnya.

China juga sempat berhenti merilis data kasus mingguan setelah WHO memutuskan COVID-19 tidak menjadi darurat kesehatan global lagi. (R/R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.