Doha, MINA – Seorang pejabat senior perlawanan Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen, perundingan delegasi Israel dengan mediator Qatar di Doha tidak menghasilkan kemajuan apa pun.
Pejabat senior tersebut menganggap pihak Israel bertanggung jawab atas kebuntuan tersebut, karena mereka menghindari pembicaraan tahap kedua perundingan.
Menurut sumber tersebut, delegasi Israel menuntut pembebasan sejumlah besar tawanan sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah kecil tahanan Palestina.
Selain itu, delegasi Israel meminta perpanjangan tahap pertama perjanjian tanpa melanjutkan perundingan lebih lanjut.
Baca Juga: Gantz: Penundaan Negosiasi Lebih Menguntungkan Hamas daripada Israel
Pejabat Hamas Abdul Rahman Shadid mengumumkan dimulainya putaran baru perundingan gencatan senjata pada hari Selasa, menekankan bahwa Hamas terlibat secara positif dalam perundingan, termasuk perundingan dengan utusan AS untuk urusan penyanderaan.
Shadid menyatakan harapan putaran ini akan mengarah pada kemajuan nyata menuju tahap kedua negosiasi, yang membuka jalan bagi diakhirinya agresi, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan kesepakatan pertukaran tahanan.
Ia menekankan bahwa pemerintah AS memikul tanggung jawab politik dan moral atas dukungannya yang tak tergoyahkan terhadap pendudukan Israel dalam melakukan kejahatan pembunuhan dan pengusiran terhadap rakyat Palestina.
Shadid juga menungkap pasukan Israel masih melanjutkan kebijakan agresif mereka terhadap warga Palestina di Tepi Barat, al-Quds yang diduduki, dan Gaza, termasuk pembunuhan, pengusiran, penghancuran rumah, dan penangkapan massal.
Baca Juga: Pemimpin Perlawanan: AS Tertarik Pembicaraan Langsung dengan Hamas
Rezim Israel terus terang-terangan melanggar klausul-klausul perjanjian, yang mencakup pengiriman sejumlah besar bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, serta berbagai tindakan agresi terhadap warga sipil.
Israel juga mengabaikan batas waktu untuk memasuki perundingan tahap kedua perjanjian tersebut, yang seharusnya menjamin pembebasan tawanan Israel yang tersisa dan gencatan senjata yang langgeng di Jalur Gaza.
Upaya untuk menghidupkan kembali perundingan terus-menerus dihalangi oleh rezim Israel. Usulan yang didukung AS yang dikeluarkan pada akhir fase pertama selama 42 hari semakin menggoyahkan perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan pemerintahan AS sebelumnya. []
Baca Juga: Menteri Wakaf Tolak Penutupan Pintu Masjid Ibrahimi Hebron
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dua Pemuda Palestina Syahid oleh Pasukan Israel di Jenin