Hamas Tutup Penyeberangan Cegah Pembunuh Fuqahaa Larikan Diri ke Israel

Gaza, 28 Jumadil Akhir 1438/ 27 Maret 2017 (MINA) – Kementerian Dalam Negeri Hamas di Gaza menutup penyeberangan Gaza di sisi Palestina dari Beit Hanoun (Erz) sampai Jalur Gaza dan Israel, dalam rangka penyelidikan pembunuhan terhadap pimpinan Hamas, Mazen Fuqahaa, pada Ahad (26/3), dan mencegah pembunuh melarikan diri dari Gaza.

Juru bicara kementerian Iyad al-Buzm mengatakan, persimpangan Erez akan tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut dalam rangka untuk keamanan Gaza yang berfungsi untuk melakukan “prosedur” dalam menanggapi pembunuhan Mazen Fuqahaa (35) di Kota Gazapada Jumat (25/3).

Erez adalah satu-satunya perlintasan darat antara Gaza dan Israel untuk pergerakan warga sipil Palestina. Otoritas Israel melakukan pengawasan ketat di perlintasan ini sebagai bagian dari blokade di Gaza sejak 2007.

Sementara itu Koordinator Kegiatan Otoritas Israel di Wilayah Pendudukan (COGAT) menyatakan, lembaga Israel bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan Israel di wilayah Palestina yang diduduki, mengkonfirmasi, Hamas telah menutup jalan Erez “sampai pemberitahuan lebih lanjut,”.

Baca Juga:  Hamas: Agresi Zionis telah Membunuh 70 Persen Sandera Israel

Ia menyarankan warga Palestina yang ingin kembali ke Gaza melalui Tepi Barat yang diduduki Israel, atau tinggal dulu di Yordania atau mengajukan izin sementara untuk tinggal di Tepi Barat.

Sumber-sumber lokal melaporkan “keadaan siaga” sedang dilaksanakan di seluruh Gaza dengan pos-pos pemeriksaan yang didirikan di jalan-jalan dan pintu masuk ke wilayah dan petugas keamanan secara menyeluruh memeriksa kendaraan yang melintas.

Petugas keamanan dikerahkan di sepanjang perbatasan timur Gaza, “untuk mencegah pembunuh Fuqahaa ini melarikan diri melalui pagar perbatasan ke Israel,” sumber menambahkan.

Saksi mata juga mengatakan, petugas keamanan berpatroli di pantai Gaza dan memerintahkan nelayan untuk kembali ke pantai. Ini menguatkan laporan di media Israel bahwa pihak berwenang Gaza telah menutup semua perbatasan, termasuk perbatasan laut di barat, yang dipatroli setiap hari oleh pasukan Israel yang sering menembaki nelayan Palestina.

Sementara itu pintu perlintasan Gaza lainnya adalah Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir, hanya dibuka sebagian.

Baca Juga:  Empat Warga Palestina Syahid Akibat Serangan Udara Israel

Satu-satunya perlintasan yang tetap terbuka adalah perlintasa Kerem Shalom (Karm Abu Salem) antara Israel dan Gaza, hanya transportasi komersial yang diizinkan untuk masuk.

Sementara itu, Ibrani situs berita Nrg melaporkan, pasukan Israel memerintahkan petani Israel yang tinggal di Israel selatan dekat perbatasan dengan Gaza untuk tidak mendekati tanah mereka karena tindakan keamanan yang ketat di sana.

Mazen Fuqahaa, pemimpin Hamas terkemuka, ditembak dengan empat peluru tepat, mengenai kepala di depan tempat tinggalnya di barat daya Kota Gaza pada Jumat malam (25/3), oleh orang-orang tak dikenal.

Para pejabat Hamas mengatakan pembunuhan itu dilakukan dengan pistol oleh penyerang yang “berkolaborasi” dengan Israel. Hamas belum memberikan bukti untuk mendukung tuduhan itu.

Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya, termasuk Jihad Islam dan Gerakan Populer Palestina untuk Pembebasan Palestina (PFLP), mengecam eskalasi Israel terhadap warga Palestina di Gaza, dan bersumpah untuk membalasnya.

Sementara itu, puluhan warga Palestina melakukan aksi damai di Kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki mengutuk pembunuhan Fuqahaa ini, dan menyerukan faksi perlawanan Palestina untuk menanggapi pembunuhan, serta kematian remaja Palestina Muhammad al-Hattab.

Baca Juga:  PBB: 630.000 Warga Palestina Mengungsi dari Rafah Sejak 6 Mei

Fuqahaa berasal dari Tibas, utara Tepi Barat, wilayah yang diduduki Israel, sebelumnya dihukum sembilan tahun dari hukuman seumur hidup. Dia dibebaskan pada tahun 2012 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan seorang prajurit Israel Gilad Shalit dengan ratusan pejuang Palestina. Dia kemudian diasingkan ke Jalur Gaza.

Ayahnya Fuqahaa, yang masih tinggal di Tubas, mengatakan kepada Asra Radio (Tahanan Radio) bahwa menuduh Israel pembunuhnya.

“Petugas intelijen Israel datang ke rumah kami berkali-kali dan memberi kami pesan bahwa Mazen akan dibunuh jika ia terus melakukan aksinya melawan Israel,” kata ayah Fuqahaa.

Nahid Asida, istri Fuqahaa ini, mendesak warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, untuk membalas dendam atas kematian suaminya, dalam konferensi pers yang diadakan di Kota Gaza, Sabtu.

“Kita perlu membalas, kita berharap pembunuhan seperti yang dialami suami saya adalah yang pertama dan terakhir,”  katanya. (T/R12/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Rana Setiawan