Doha, MINA – Seorang pejabat senior Hamas mengatakan, awalnya Utusan Khusus AS Steve Witkoff menyetujui usulan gencatan senjata Gaza baru-baru ini yang diajukan oleh gerakan perlawanan Palestina, tetapi dia kemudian menyerah pada tuntutan dari rezim pendudukan Israel.
Witkoff “sepenuhnya setuju” dengan kerangka perjanjian gencatan senjata yang diusulkan Hamas, tetapi kemudian menyerah pada tuntutan Israel, kata Mahmoud Mardawi pada Selasa (3/6). Press TV melaporkan.
Ia menekankan bahwa Hamas tidak akan melanjutkan usulan tersebut jika Witkoff mengajukan keberatan, sementara kelompoknya sedang menyusun dokumen tersebut.
Mardawi menunjukkan bahwa usulan Hamas ditujukan untuk gencatan senjata permanen, penarikan Israel secara menyeluruh dari Gaza, masuknya bantuan tanpa batas, dan jaminan pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata dari pemerintahan Donald Trump.
Baca Juga: Israel Tembaki Ratusan Pencari Bantuan yang Kelaparan, 51 Syahid
Sebagai balasannya, Israel segera menolak tuntutan tersebut. Witkoff pun kemudian mengatakan “tidak dapat diterima.”
Hamas menegaskan bahwa 10 sandera Israel yang masih hidup dan jenazah 18 sandera lainnya akan dibebaskan dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang telah disepakati.
“Pendudukan Israel ingin menerima sandera pada hari pertama gencatan senjata tanpa jaminan pelaksanaan kesepakatan. Kami tidak akan menyerahkan sepuluh sandera pendudukan tanpa jaminan yang cukup untuk gencatan senjata,” kata Mardawi.
Selain itu, pejabat senior Hamas lainnya, Bassem Naim, mengecam Israel karena tidak setuju dengan ketentuan yang disepakati, dan mengkritik “bias yang sepenuhnya terhadap pihak lain” yang menurutnya melanggar keadilan mediasi. []
Baca Juga: Kolombia Resmi Tunjuk Duta Besar untuk Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)