Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga Tempe Tahu Naik Setelah Hilang Dari Pasaran

Widi Kusnadi - Selasa, 5 Januari 2021 - 22:07 WIB

Selasa, 5 Januari 2021 - 22:07 WIB

3 Views

Jakarta, MINA – Setelah hilang di pasaran selama 3 hari, tahu dan tempe mulai kemarin tersedia kembali di pasaran wilayah Jabodetabek. Namun, Harganya naik Rp 1.000 setiap potongnya.

Tahu dan tempe sempat menghilang dari pasaran selama 3 hari, yakni pada 1-3 Januari 2021. Hilangnya tahu-tempe disebabkan oleh aksi mogok produsen/perajin yang menginginkan harga naik karena harga kedelai melonjak drastis.

Setelah 3 hari mogok produksi, para perajin tahu dan tempe sepakat mulai produksi dan menjual lagi ke pasaran pada Senin (4/1) kemarin, demikian keterangan yang diterima MINA, Selasa (5/1).

Namun, syaratnya harga tahu dan tempe di pasar harus naik, menyesuaikan kenaikan harga kedelai. Berdasarkan pantauan di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, harga tahu dan tempe naik Rp 1.000 per potong.

Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

“Ada kenaikan Rp 1.000 per potong,”ungkap seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Gondangdia .

Slamet menjelaskan, harga tahu yang biasanya Rp 4.000 per potong, dan sekarang naik menjadi Rp 5.000 per potong. Kemudian, tempe yang normalnya Rp 5.000 per potong, naik menjadi Rp 6.000 per potong. Tahu dan tempe sama-sama mengalami kenaikan harga.

Sementara itu, pedagang lain di Pasar Gondangdia yang bernama Toradi menjual tahu dan tempe dengan harga yang berbeda atau lebih tinggi dibandingkan Slamet.

“Harga tempe biasanya Rp 6.000/potong, naik sekarang jadi Rp 7.000/potong. Karena harga kedelai saat ini mahal. Kalau tahu sepotong dari Rp 7.000 jadi Rp 8.000,” jelas Toradi.

Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda

Kenaikan harga tahu dan tempe membuat para pedagang di pasar tak berani membawa stok terlalu banyak.

“Sudah habis. Saya biasanya bawa 100 potong masing-masing tahu dan tempe. Tapi tadi saya bawa separuhnya. Saya pikir tidak laku banyak karena harga sedang naik di saat daya beli masyarakat lagi nggak kuat. Tapi ternyata langsung habis,” kata Slamet. (R/IK/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga

Rekomendasi untuk Anda

Ekonomi
Indonesia
Indonesia