Paris, MINA – Tanggal 14 Juli tahun ini, untuk pertama kalinya sejak akhir Perang Dunia II (1945), Avenue des Champs-Elysées di Paris tidak diramaikan oleh parade militer untuk menyambut Hari Nasional Perancis atau Peringatan Hari Bastille, pada tanggal 14 Juli ini.
Hari Bastille adalah hari di mana terjadi penyerbuan benteng Bastille pada 14 Juli 1789, yang menandai dimulainya Revolusi Perancis.
Kali ini hanya 2.000 tentara, setengah dari jumlah biasanya, berkumpul di Place de la Concorde. Begitupun hanya segelintir tank dan peralatan militer lainnya yang ikut parade tahun ini.
Pada Parade Militer terbatas Selasa pagi (14/7), Presiden Emmanuel Macron, yang berdiri di jip militer, menginspeksi pasukan yang jauh secara jarak sesuai rotokol kesehatan.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Ditiadakannya perayaan Hari Bastille juga karena masih ada batasan untuk berkerumun di Paris. Jadi seperti perayaan lainnya, Hari Bastille juga dipengaruhi oleh pandemik Covid-19.
Sebelumnya pada Senin (13/7), pengibaran bendera nasional Prancis sang triwarna digelar untuk menghormati para tenaga medis, sipil dan militer yang ikut serta dalam perang melawan Covid19.
Mengingat situasi luar biasa yang kini terjadi, Presiden Emmanuel Macron ingin agar perayaan tahun ini dipersembahkan sebagai penghormatan bagi mereka yang ikut serta dalam perang melawan Covid-19 di seluruh dunia.
Melalui pilihan tersebut, Perancis ingin menunjukkan solidaritasnya terhadap para mitra Eropa dan internasional yang terdampak krisis kesehatan ini.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Peringatan jarak jauh tahun ini juga memberikan penghormatan kepada Charles de Gaulle, 80 tahun setelah seruan bersejarah Jendral itu dalam Perang Dunia Kedua yang melahirkan gerakan Perlawanan Perancis.
“Saya berharap kepada dengan semua rakyat Perancis bersama militer, untuk memberikan penghormatan penuh kepada semua pekerja kesehatan dan pekerja di semua sektor, yang telah memungkinkan kehidupan publik, sosial dan ekonomi terus berlanjut,” kata Presiden Emmanuel Macron dalam pesan yang dirilis sebelum Parade Militer terbatas digelar, sebagaimana dikutip The National, Selasa.
“Dedikasi, keuletan, keberanian, solidaritas yang muncul dengan kuat di mana-mana, di kota-kota kita dan di pedesaan kita, patut dikagumi,” pungkasnya.
Pertarungan melawan virus, yang telah merenggut lebih dari 30.000 nyawa di Perancis, menjadi fokus utama dari acara resmi di Paris.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
Sementara itu mengingat pandemi Covid-19 yang tengah merebak saat ini, perayaan Hari Nasional Perancis di luar Perancis juga tidak dapat diselenggarakan dalam format yang biasa, termasuk di Indonesia.
Duta Besar Perancis untuk Indonesia dan Timor Timur, Olivier Chambard, memberikan pesan bahwa krisis Covid-19 yang sulit diduga, mematikan dan berlangsung lama menyadarkan kita untuk menghadapi sebuah pandemi, tindakan kolektif adalah satu-satunya respon yang efektif.
Menurutnya, penguatan multilateralisme dan kerja sama internasional sangat diperlukan, seperti yang dilakukan dengan penuh kesungguhan oleh Perancis dan Indonesia, agar kita dapat mencegah dan mengatasi krisis-krisis di masa mendatang dengan lebih baik.
“Ini merupakan proyek yang ambisius dan menuntut, yang harus digerakkan oleh nilai-nilai bersama. Untuk itu, semangat 14 Juli yang kita rayakan di seluruh Perancis dapat memberikan dorongan pada gelora ini. Pada tahun 1789, nenek moyang kami berkeyakinan bahwa kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan harus membimbing seluruh umat manusia,” kata Dubes Chambard sebagaimana pesan yang disampaikan di laman resmi Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia dan Timor Timur, Selasa (14/7).
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon
“Cita-cita ini akan memiliki makna seutuhnya apabila berlaku bagi siapa saja, melampaui batas-batas negara. Universalisme dari republik saat itu sedang berjalan dan sejarah menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut menyatukan kita, terutama di masa-masa yang sulit,” ujarnya lagi.
Seperti yang digarisbawahi Presiden Macron, lanjut Dubes Chambard, situasi saat ini menuntun kita untuk mengubah diri, menjadi berani dan kreatif, kalau tidak, kegagalan mengintai. Itulah sebabnya Perancis bertekad menjalankan rekonstruksi baik di bidang ekonomi, ekologi, maupun sosial.
“Perancis didukung oleh Uni Eropa yang juga mengambil kebijakan yang belum pernah ada sebelumnya, terutama melalui rencana alokasi dana sebesar 540 miliar Euro untuk pemulihan ekonomi. Bersama para mitra Eropa kami, Perancis sedang mendukung rencana dana stimulus yang ditujukan untuk mendukung pemulihan tersebut, dan nilainya dapat mencapai 750 miliar Euro. Selain itu ada pula rencana pembelian utang kembali oleh Bank Sentral Eropa, sebesar 1.450 miliar Euro,” jelasnya.
Dubes Chambard juga menyatakan dengan demikian, Prancis telah mengambil kebijakan ambisius guna menghadapi krisis, dengan program penyelamatan senilai 5% dari PDB-nya dan 315 miliar Euro dana jaminan untuk dunia usaha.
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang
Selain itu ada pula program khusus untuk sektor kedirgantaraan, industri otomotif, pariwisata dan sebuah program pemulihan ekonomi yang akan disampaikan pada musim gugur oleh pemerintah Prancis yang baru. Tantangan yang paling utama adalah mempertahankan instrumen produksi yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan pesat begitu krisis kesehatan teratasi.
Hari Kemerdekaan Prancis
Hari Kemerdekaan atau Nasional Prancis jatuh pada setiap tanggal 14 juli. Di Prancis, nama resminya adalah La Fête Nationale (Perayaan Nasional) dan umumnya Le quatorze juillet atau yang disebut dalam bahasa Indonesia Empat Belas Juli. Hari nasional ini disebut juga dengan nama Hari Bastille.
Hari libur nasional ini memperingati penyerbuan Bastille pada tanggal 14 Juli 1789.
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Bastile adalah kastil atau benteng, dan Bastille ini pertama kali dibangun pada abad ke-13, kegunaannya untuk pelindungan atas Paris. Kemudian pada abad ke-17 Bastille digunakan sebagai penjara, dimana para anggota kerajaan telah dihukum mati pada tahun 1789.
Serbuan ke Bastille pada tanggal 14 Juli 1789 oleh kerumunan massa menandai awal mula Revolusi Prancis. Karena di hari tersebut, banyak massa yang berdemo di depan Istana Versailles.
Revolusi Prancis adalah salah satu peristiwa sejarah yang paling berpengaruh di Eropa. Rakyat memulai revolusi karena menuntut hak mereka serta tidak puas dengan kebijakan Raja Louis XVI yang penuh beban finansial.
Biasanya untuk menandai peringatan hari tersebut, pesta dan upacara resmi diselenggarakan di seluruh Prancis. Parade militer tertua dan terbesar di Eropa diadakan pada pagi hari 14 Juli, di Jalan Champs-Élysées, Paris, di hadapan Presiden Republik, pejabat pemerintahan Prancis, dan perwakilan asing.
Baca Juga: Rusia Serang Ukraina Pakai Rudal Korea Utara
Sementara pada tanggal 13 juli tepatnya pada malam hari jam 11 malam di seluruh Perancis menyalakan kembang api atau yang di sebut Feu d’artifice.(A/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Badai Salju Terjang Eropa Barat