Hasil Panen Tidak Bisa Dijual, Petani Gaza pun Terancam Ditembak

Petani Palestina di Gaza mendapat bantuan musim dingin dari MER-C Indonesia, Sabtu, 1 Februari 2020. (Foto: MER-C)

Gaza, MINA – Larangan Israel terhadap hasil panen dari Gaza untuk dijual ke pasar Tepi Barat, membuat buah-buahan tidak laku dijual, sebab daya beli warga Palestina di dalam blokade sangat rendah.

Selain hasil panen banyak yang rusak karena surplus, para pun terancam jiwanya oleh tembakan tentara Israel.

Derita itu diungkapkan oleh sejumlah di Gaza kepada Tim Bantuan Kemanusiaan Musim Dingin (Medical Emergency Rescue-Committee), lembaga medis kamanusiaan yang membangun Rumah Sakit Indonesia (RSI) di tanah yamg diblokade tersebut.

“Israel tidak mengizinkan produk kami dipasarkan di pasar lokal Palestina di Tepi Barat. Memburuknya situasi ekonomi di Gaza – karena blokade Israel – telah melemahkan daya beli warga yang mengarah pada surplus makanan yang lebih besar,” kata Ir. , Site Manager Pembangunan RSI Tahap II, kepada MINA pada Sabtu (1/2) mengutip perkataan petani yang ditemuinya di Gaza.

Blokade Israel selama 13 tahun terhadap Jalur Gaza membuat banyak warga menganggur dan kemiskinan semakin tinggi.

Menurut para petani, kata Edy, ketiadaan listrik memaksa mereka mengairi lahan pertanian sebelum subuh dan di tengah malam, membuat mereka rentan terkena peluru nyasar pasukan pendudukan Israel.

Salah satu petani bernama Abu Rejela mengatakan, ada ancaman dari pasukan Israel yang akan menembak para petani di tanah mereka. Listrik yang padam mengakibatkan sistem irigasi tidak dapat benar-benar mengairi tanaman petani.

Dikatakan pula, buldoser-buldoser dan serdadu “penjajah Zionis terus menyerang ladang di sepanjang pagar pemisah di perbatasan selama dua bulan terakhir.”

“Hampir tidak ada pabrik pengemasan untuk pengiriman ke luar Gaza. Atau lebih jelek lagi, perusahaan Israel menolak menjual hasil bumi Gaza jika tidak mau dilabeli made in Israel,” kata Edy.

Israel juga menyemprotkan cairan beracun yang membuat petani Gaza gagal panen.

“Sejumlah petani mengeluhkan karena kini tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Pasalnya, pesawat pasukan Israel tiba-tiba datang dan menyemprotkan pestisida beracun di atas lahan pertanian mereka. Akibatnya, banyak tanaman petani yang hancur dan mereka pun terancam gagal panen besar-besaran,” tambah Edy. (L/RS5/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)