Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Pemimpin dan Pemikir Muslim Hassan al-Turabi telah meninggal dalam usia 84 tahun karena serangan jantung, pada Sabtu (6/3/2016) sore waktu setempat di Khartoum.
Al-Turabi pimpinan Partai PCP (Popular Congress Party) terkena serangan jantung di kantornya di kawasan Al-Manshi. Sudan Tribune melaporkan, dalam sebuah pernyataan singkat Sabtu, Sekretariat Jenderal PCP mengatakan bahwa al-Turabi merasa sakit sekitar pukul 11.00 waktu setempat, saat ia melakukan pekerjaan rutin sehari-hari di markas PCP. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit Khartoum’s Royal Care, dan meninggal di sana.
Riwayat Singkat
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Al-Turabi lahir tahun 1932 di kota Wad al-Turabi, negara bagian Kassala, Sudan timur. Ayahnya seorang Qadhi (hakim agama Islam), berasal dari garis keturunan yang terkenal mendalami keilmuan Islam dan praktik tasawuf Qadiriyyah.
Al-Turabi dikenal sebagai Bapak Politik Islam Modern di Sudan. Ia mengusung slogan ‘Islamisasi modernitas’, sebuah perpaduan dari kepribadian Islam tradisional didikan orang tuanya dengan latar belakang pendidikannya di barat, terutama saat ia menempuh kuliah Master bidang hukum di University of London Inggris dan kuliah Doktoral di Sorbonne University Paris, Prancis.
Sebelumnya dia menerima pendidikan menengah di Hantoub dan kuliah hukum di Khartoum University School of Law pada tahun 1951, dan aktif bergabung dengan pergerakan Ikhwanul Muslimin. Setelah meraih gelar doktor, ia kembali ke Sudan, dan terpilih menjadi pemimpin Ikhwanul Muslimin Sudan pada awal 1960-an.
Karier Politik dan Pemerintahan
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Hassan Al-Turabi muda semasa kuliah di Khartoum University menjadi pemimpin organisasi pergerakan pembebasan Islam ILM (The Islamic Liberation Movement).
Setelah lulus meraih gelar MA di London dan Ph.D.di Paris, ia kembali ke Sudan dan aktif dalam organisasi pergerakan Islam ICF (The Islamic Charter Front), yang berafiliasi ke Ikhwanul Muslimin.
Dalam jangka waktu sekitar lima tahun, ICF tumbuh berkembang menjadi kelompok politik besar yang mengantarkan al-Turabi sebagai Sekretaris Jenderal pada tahun 1964-1969.
Melalui orgnasisasi ini, al-Turabi bekerjasama dengan dua faksi dari gerakan Islam Sudan, Anshar dan Khatmiyyah, dengan target menyusun konstitusi Islam untuk negaranya.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Namun, saat Gaafar Nimeiry berkuasa melalui kudeta, para pimpinan dan anggota ICF ditangkap. Termasuk al-Turabi yang harus menghabiskan masa enam tahun dalam tahanan dan tiga tahun di pengasingan, di Libya.
Pada tahun 1977, rezim dan dua faksi dari gerakan Islam di Sudan berusaha untuk mencapai “rekonsiliasi nasional”, di mana para pemimpin oposisi dibebaskan dan diizinkan kembali dari pengasingan, termasuk al-Turabi.
Pemikiran-pemikiran al-Turabi sangat berpengaruh dalam pergerakan yang disebut dengan “Islamisasi masyarakat dari atas ke bawah”. Al-Turabi kemudian menjadi pemimpin organisasi Sudanese Socialist Union, dan dipromosikan menjadi Menteri Kehakiman pada tahun 1979.
Kebijakan pemerintahan Nimeiry kala itu menerapkan pengenaan hukum Syariah yang keras sejak tahun 1983. Dalam 18 bulan, lebih dari 50 pencuri diduga telah dipotong tangannya, anggota Kristen Koptik digantung karena memiliki mata uang asing, perempuan miskin dicambuk karena menjual bir lokal. Di luar itu, pemerintah menerapkan tindakan politik berupa pembubaran parlemen Sudan.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Parlemen, tokoh pergerakan dan rakyat pun bergolak, mengakibatkan gerakan kudeta tanpa kekerasan terhadap Nimeiry dan pengembalian kekuasaan parlemen pada tahun 1985.
Setahun setelah itu, diselenggarakanlah pemilihan parlemen pada tanggal 1 dan 12 April 1986. Ini adalah pemilu multipartai pertama di negara itu sejak tahun 1968. Namun, tidak ada partai yang muncul sebagai pemenang mayoritas.
Ada tiga partai besar urutan teratas yang meraih kursi di Parlemen Sudan, yaitu: Umma Party pimpinan Al-Sadiq al-Mahdi (meraih kursi 38,2 %), Democratic Unionist Party pimpinan Ahmed al-Mirghani (29,5%), dan National Islamic Front pimpinan Hassan al-Turabi (18,4%).
Dr. Hassan Turabi memimpin faksi baru dari Ikhwanul Muslimin, National Islamic Front (NIF), dan menempati posisi ketiga di Majelis Nasional. Melalui partainya NIF, ia dan rekan-rekannya bercita-cita untuk menciptakan sistem negara Islam bagi Sudan.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Setelah itu Sadiq al-Sidiq al-Mahdi, Ketua Partai Umma terpilih menjadi Perdana Menteri 1986 sampai 1989. Sementara itu, Ahmad Ali Al-Mirghani sebagai Kepala Negara dari 6 Mei 1986 hingga 30 Juni 1989, sebelum digulingkan oleh kudeta militer yang dipimpin oleh Omar Hassan Ahmad al-Bashir.
Sejak saat itu hingga tahun 2001, al-Turabi disebut sebagai kekuatan di balik kekuasaan pemerintahan Sudan. Di samping sebagai pemimpin NIF atau juga sebagai juru bicara dari Majelis Nasional.
Menentang AS
Al-Turabi sebagai pimpinan pergerakan organisasi terkemuka di Sudan, memiliki akses ke dalam kekuasaan Negara. Memberinya kesempatan untuk internasionalisasi visinya tentang Islam.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Pada tahun 1991, ia mendirikan organisasi Popular Arab and Islamic Conference (PAIC) di Khartoum, yang mewakili upaya untuk menggabungkan sumber gerakan Islam dari seluruh dunia Islam. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menentang keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Teluk.
Al-Turabi tercatat pernah mengundang berbagai tokoh dari seluruh dunia untuk datang ke Khartoum, termasuk Osama bin Laden dan Ayman al-Zawahiri. Ia saat itu mengklaim bahwa Bin Laden datang ke Sudan ‘hanya sebagai pengusaha’.
Kapasitasnya yang kuat sebagai pembicara, penulis dan orator, menempatkannya sebagai Syaikh Agung Gerakan Islam di Sudan dan cukup mendominasi arena politik pada 1990-1996. Ia dikenal juga sebagai pemimpin Islam yang vokal dalam mengkritisi kebijakan pemerintahan Presiden Omar al-Bashir.
Pemerintah Sudan menutup kegiatan organisasi PAIC yang dipimpin al-Turabi pada tahun 2000.
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
Semasa hidupnya Dr. Hassan Al-Turabi pernah menjabat di pemerintahan sebagai Jaksa Agung (1979-1983), Penasihat Urusan Luar Negeri (1983-1985), dan Menteri Luar Negeri (1989).
Akhir Hayat
Keilmuan dan keulamaannya menjadikannya sering melakukan perjalanan di seluruh dunia Islam, Eropa, dan Amerika Serikat. Ia banyak diminati sebagai pembicara terutama dalam tema keutamaan Syariah di negara Muslim.
Pernah pada tahun 1992 ia diserang oleh pelaku saat kunjungannya ke Kanada, hingga mengakibatkan ia menderita luka memar otak. Dan, setelah waktu itu al-Turabi mulai membatasi perjalanannya ke luar negeri. Ia lebih banyak mendidikasikan waktunya sebagai penulis dan pembicara dalam kehidupan politik dan agama Sudan.
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Di usianya yang sudah tergolong udzur, 84 tahun, tetapi ia masih tetap aktif berkantor di markas pusat Partai PCP (Popular Congress Party). Hingga akhinya, Pemimpin dan Pemikir Muslim itu meninggal karena serangan jantung, pada Sabtu (6/3/2016) Rumah Sakit Khartoum’s Royal Care. Berbagai sumber. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat