Kabul, 9 Sya’ban 1438/5 Mei 2017 (MINA) – Pemimpin Hezb-i-Islami, Gulbuddin Hekmatyar, kembali ke Kabul pada hari Kamis (4/5) setelah 20 tahun lamanya bersembunyi.
Ia memohon perdamaian saat disambut oleh pemerintah Afghanistan di Istana Kepresidenan.
Komandan militan kontroversial itu datang ke ibu kota setelah kelompoknya menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani pada bulan September 2016.
Mantan Perdana Menteri Afghanistan itu adalah seorang komandan anti-Soviet terkemuka pada era 1980-an dan ia dituduh membunuh ribuan orang sejak tahun 1992 sampai 1996.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Sebuah konvoi belasan truk pickup putih yang membawa orang-orang bersenjata dan berhias bendera Afghanistan dan spanduk hijau, masuk ke ibu kota dengan membawa Hekmatyar dari Jalalabad, kota timur tempat dia tinggal selama beberapa hari terakhir. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
“Isu yang paling penting bagi saya adalah mengakhiri perang ini dan menyelamatkan negara dari krisis,” kata Hekmatyar, yang meminta negara-negara tetangga seperti Pakistan dan Iran untuk tidak ikut campur dalam krisis negara itu.
Namun, Taliban tidak menunjukkan tanda-tanda menerima kesepakatan dengan Hekmatyar. Meski demikian, Presiden Ghani berterima kasih kepadanya karena menerima kesepakatan tersebut dan mengatakan bahwa orang-orang Afghanistan menginginkan perdamaian dan kemakmuran.
“Kami telah berjanji kepada negara bahwa kita akan membuka jalan bagi perdamaian dan hari ini sebuah langkah penting telah diambil,” kata Ghani. (T/RI-1B05/)
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)