Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hemat Energi dalam Syariat Islam

Widi Kusnadi - Rabu, 15 Desember 2021 - 00:24 WIB

Rabu, 15 Desember 2021 - 00:24 WIB

347 Views

Oleh: Widi Kusnadi, Wartawan MINA

Islam sebagai agama yang paripurna tentu memiliki panduan bagaimana cara menggunakan dan mengelola alam dengan baik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengaruniakan kepada manusia bumi beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya untuk digunakan dan dikelola untuk kesejahteraan manusia. Namun, dalam penggunaan dan pengelolaan itu tentunya ada hal-hal yang perlu diperhatikan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surah Al-A’raf [7] ayat 31:

يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ (الاعراف [٧]: ٣١)

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam tafsir Al-Bayan menjelaskan ayat di atas, yang dimaksud jangan berlebih-lebihan, yaitu jangan sampai melampaui batas. Membelanjakan sesuatu dalam rangka mentaati Allah bukanlah sikap berlebihan. Tapi sebaliknya, sesuatu yang dibelanjakan untuk mendurhakai Allah, sekalipun hanya satu dinar, itu disebut melampaui batas. (Juz II : 411).

Sikap berlebihan dan melampaui batas juga juga bisa dimaknai sebagai segala tindakan yang mengakibatkan kerusakan (al-fasad), seperti merusak lingkungan, eksploitasi sumber daya alam (SDA) besar-besaran, pembakaran dan pengundulan hutan secara massal, dan lain sebagainya.

Imam Al-Bukhari dalam kitab Al-Adabul Mufrad meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat Jabir bin Abdullah, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam memerintahkan untuk memadamkan lampu ketika beranjak tidur “wa athfi’ul mishbah”. Dalam konteks kekinian, mematikan lampu bisa dimaknai dengan menonaktifkan penerangan yang mayoritas sumber dayanya berasal dari listrik.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Dalam hadist riwayat Salim bin Abdullah bin Umar. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam meminta agar sumber api yang berada di dalam rumah dimatikan, “la tatruku an  naaro fi buyutikum hiina tanaamuun”. Sejak mendengar arahan itu, Salim tidak pernah lagi meninggalkan api dalam kondisi menyala di tempat tinggalnya ketika ia hendak tidur.

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam juga melarang berbuat boros, meskipun dalam berbuat kebaikan. Beliau pernah menegur salah seorang sahabat yang berwudhu dengan menggunakan air yang berlebih-lebihan kendati pun dia berwudhu di sungai yang airnya mengalir.

Mengapa Harus Hemat Energi?

Kaum Mu’tazilah berpandangan bahwa energi tidak akan habis di muka bumi ini. Hal ini selaras dengan teori termodinamika 1 yang menyatakan “Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan”. Hal ini berbeda dengan madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berpandangan, energi yang ada di bumi ini bisa berkurang, bahkan habis bila penggunaannya tidak diatur dengan baik.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Penulis tidak ingin masuk kepada perdebatan mengenai kedua pandangan tersebut, Namun, menurut pendapat penulis, manusia harus menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya yang diperintahkan Allah Ta’ala dalam ayat-ayat Al-Quran dan contoh tauladan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam.

Berdasarkan jenis dan tingkat ketersediaannya, energi terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok energi terbarukan dan tak terbarukan.

Energi yang berasal dari alam seperti minyak bumi, batu bara, gas alam, panas bumi (geothermal) dan lainnya yang saat ini digunakan sebagai bahan bakar motor, pembangkit listrik, dan lainnya berasal dari SDA yang tidak dapat diperbaharui. Minyak bumi misalnya, ia dapat terbentuk setelah melalui proses yang sangat lama hingga jutaan tahun.

Pada awal abad ke-20, setelah para ilmuwan memprediksi keterbatasan sumber daya energi yang ada di bumi. Habisnya sumber daya energi yang ada dapat mempercepat proses kepunahan mahluk hidup di bumi, termasuk manusia. Jika hal ini tidak diperhatikan, bukan mustahil generasi sesudah kita akan merasakan penderitaan sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan manusia hari ini.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Penipisan sumber daya energi yang dihasilkan bumi dapat terlihat dari beberapa tanda yang sudah diperlihatkan. Kekeringan di beberapa wilayah mengakibatkan minimnya pasokan air untuk dikonsumsi. Indikasi lain adalah semakin parahnya polusi udara, hingga ancaman kepunahan habitat dan ekosistem. Hal itu menjadi pertanda bahwa bumi mulai memberi tanda bahaya. Inilah mengapa kita perlu hemat energi.

Alasan lain, mengapa kita harus menghemat energi adalah karena banyak sumber energi yang kita gunakan sekarang bukanlah sumber yang dapat diperbarui dengan mudah. Alhasil, energi tersebut dapat menipis, atau bahkan bisa habis jika digunakan secara berlebihan.

Manusia harus menghemat energi untuk mengurangi biaya hidup. Hal itu sebagai bagian dari sikap tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas. Selain itu, hemat energi juga merupakan bagian dari menjaga kelestarian alam. Dengan itu, generasi setelah kita akan bisa merasakan indahnya alam dan dapat menggunakan energi seperti yang hari ini kita rasakan.

Berhemat Energi

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Berhemat energi artinya menggunakan energi untuk hal-hal yang memang diperlukan sesuai kebutuhan sehingga  efektif dan efisien. Jika memang Sudha tidak diperlukan, sebaiknya berhenti. Jika memang ada alternatif yang lebih afektif, maka bisa dicoba cara tersebut.

Berikut beberapa contoh perilaku hemat energi yang bisa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari:

  1. Mematikan lampu ketika tidur/tidak lagi terpakai

Mematikan lampu ketika tidur atau tidak lagi digunakan. Hindari menyalakan lampu pada siang hari, Ketika cahaya di ruangan cukup terang. Oleh karenanya, rumah bisa didesain dengan posisi ventilasi dan jendela yang memungkinkan cahaya matahari dapat masuk ke rumah.

  1. Mencabut/mematikan alat elektronik jika sudah selesai

Jika hendak pergi keluar rumah, sebaiknya mencabut/mematikan peralatan elektronik seperti charger, televisi, penanak nasi dan lainnya.  Kabel alat elektronik yang tidak dicabut dari stop kontak masih dialiri listrik, sehingga tetap menyedot energi meski tidak digunakan.

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Meski kelihatannya sepele, namun jika itu konsisten dilakukan, pastinya bisa menghemat pengeluaran dan energi tidak terbuang sia-sia.

  1. Menggunakan air secukupnya

Jika di sebuah wilayah penduduknya semakin padat, maka air bersih serasa menjadi barang mahal. Maka, menggunakan air secukupnya saat mandi, wudhu, mencuci piring atau keperluan lain adalah salah satu contoh perilaku hemat energi.

Hal yang perlu diperhatikan terkait kebiasaan kurang baik adalah sering meninggalkan keran air dalam keadaan menyala. Ketika penuh, air menjadi meluber dari bak dan terbuang percuma.

  1. Menggunakan transportasi umum

Transportasi umum sangat membantu penghematan energi. Penggunaan kendaraan pribadi secara massal, selain memperparah polusi udara, juga membuat penggunaan energi lebih besar.

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Maka, pemangku kebijakan hendaknya menyediakan transportasi publik yang layak dan aman sehingga masyarakat dapat menjadikan hal itu sebagai pilihan utama.

  1. Menggunaan timer pada pendingin udara (AC)

Fasilitas timer dalam perangkat Air Conditioner (AC) bisa menjadi pilihan dalam usaha menghemat energi. Timer yang akan membantu mematikan AC secara otomatis jika memang suhu telah sesuai dengan yang ditentukan. Hal itu dapat meminimalisir penggunaan energi sehingga lebih efisien.

Dengan belajar menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita akan merasakan manfaatnya, baik secara langsung atau tidak, dalam waktu singkat ataupun lama.

Adapun keuntungan langsung, salah satunya bisa dirasakan dengan berkurangnya pengeluaran bulanan kita Ketika membayar tagihan listrik dan air. Dalam jangka waktu yang panjang adalah menjaga sumber daya alam agar dapat digunakan pula untuk anak dan cucu kita kelak.

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Mengutip pernyataan Menteri ESDM era Presiden Gusdur (2000-2001), Purnomo Yusgiantoro, bahwa pengelolaan SDA harus senantiasa didasarkan pada kemaslahatan rakyat dan sesuai ajaran agama, yakni harus digunakan secara bijak dan adil. Pekerjaan sebesar apapun jika dilakukan dengan penuh keimanan, pasti akan dimudahkan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. (A/P2/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom