Oleh Ali Farkhan Tsani, Direktur Islamic Center Ma’had Tahfiz Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI Foundation) Bekasi Jabar
Tak bersalaman bukan berarti bermusuhan. Tak berpelukan bukan itu berseberangan. Tak bertemu bukan bermakna sudah jemu.
Berjarak fisik bukan di hati. Bermasker bukan tak senyum. Lockdown bukan lalu down. Cuci tangan bukan lari dari masalah
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Corona pergi, berganti Idul Fitri. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin. “Taqabblallah minna waminkum.”
Demikian salah satu ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri pada masa pandemic Covid-19 yang ada di media sosial.
Ya, lebaran tahun ini berbeda 180 derajat dengan tahun-tahun sebelumnya. Tanpa berkerumun massa dalam jumlah besar. Tanpa tradisi mudik tahunan yang penuh kenangan kampung halaman.
Yang penting sekarang adalah hati sudah saling memaafkan, saling meridhai dan sal;ing mengikhlaskan. Sebab manusia hidup pasti tak luput dari lupa dan salah. Baik disengaja maupun tak disengaja, besar maupun kecil, terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Maka, pada suasana Idul Fitri ini merupakan momentum terbaik untuk kita merajut kembali dan menata ulang hati yang bersih dari syirik kepada Allah. Juga hati yang bersih dari segala penyakit hati seperti dengki, iri, dendam, hasad, senang melihat orang susah, susah melihat orang senang,
Kemudin menggantinya dengan memaafkan orang lain atau kita sendiri yang lebih dahulu memita maaf kepada sesama.
Ya, mengapa kita harus memaafkan kesalahan orang lain terhadap kita? Itu karena kita sedang belajar menerima bahwa orang lain bisa saja gagal dipercaya, sama seperti diri kita juga, punya peluang yang sama.
Lebih dari itu, memaafkan belum tentu membuat orang lain semakin baik. Namun paling tidak itu jelas membuka jalan kebaikan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Dalam hal saling memaafkan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan:
ثَلَاثٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
Artinya: “Ada tiga golongan yang berani bersumpah untuknya, tidaklah berkurang harta karena shadaqh, dan tidaklah menambah bagi seorang pemaaf melainkan kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ (rendah hati) melainkan akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.” (HRTirmidzi).
Pada hadits lain disebutan akan janji surga Allah.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ ”
Artinya: “Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangnan di surga, hendaknya ia memafkan orang yang menzaliminya, memberi orang yang bakhil kepadanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya.” (HR Thabrani).
Semoga Idul Fitri kita tahun ini dapat melapangkan hati kita untuk menjadi orang-orang yang siap meminta maaf dan bersedia memberikan maaf antarsesama. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat