Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hikmah Maulid Nabi: Momentum Menyatukan Umat dan Bangsa

Ali Farkhan Tsani Editor : Sri Asuti - 54 detik yang lalu

54 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi: Shalat berjamaah. (Dok MINA)

PERINGATAN Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bukan sekadar mengenang hari kelahiran Nabi akhir zaman, tapi merupakan momen spiritual yang sangat penting bagi umat Islam untuk merenungi kembali pesan, nilai, dan perjuangan Rasulullah.

Di tengah dunia yang kembali dipenuhi dengan karakter jahiliyah dalam balutan modernitas, Maulid Nabi menjadi panggilan nurani untuk berbenah, baik secara pribadi, sosial, maupun kebangsaan.

Kalau kita menegok kembali sejarah manusia ke belakang, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lahir, dunia, khususnya bangsa Arab, tengah berada dalam kegelapan moral. Disebut sebagai zaman jahiliyah karena masyarakat hidup tanpa petunjuk yang benar, seperti perzinahan yang merajalela, kekerasan yang menjadi budaya, perempuan diperlakukan semena-mena, kesenjangan sosial ekstrem, dan manusia menyembah hawa nafsu serta berhala.

Namun, jahiliyah, kebodohan dari petunjuk ilahi, bukan hanya soal zaman, tapi tentang karakter. Maka, walaupun kita hidup pada era teknologi modern dan kemajuan informasi, karakter jahiliyah tetap bisa tumbuh subur. Jahiliyah modern terlihat manakala kejujuran digantikan kebohongan, berita benar diganti hoaks, kasih sayang digantikan kebencian, keadilan digantikan ketamakan, keadilan hukum diganti penjarahan, pencegahan kemungkaran lewat demo di satu sisi perusahakan fasilitas publik di sisi lain, pembunuhan karakter melalui media sosial, dan persatuan dirusak oleh fitnah serta adu domba antaranak bangsa.

Baca Juga: Rasulullah Saw Membenci Perpecahan

Inilah saat momentum Maulid Nabi, mengingatkan kembali akan misi utama kenabian, yakni menyempurnakan akhlak manusia.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Baca Juga: Negeri Syam Pusat Keberkahan Dunia

Begitulah, akhlak Nabi adalah cahaya yang menuntun manusia keluar dari kegelapan, dari amarah menjadi kesabaran, dari egoisme menjadi kepedulian sosial, dari permusuhan menjadi persaudaraan.

Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah ajakan agar kita menghidupkan kembali akhlak beliau dalam kehidupan nyata, tidak hanya dalam lisan, tapi juga dalam tindakan.

Jika dikaitkan dengan era kekinian, salah satu ciri paling nyata dari karakter jahiliyah modern adalah upaya memecah-belah umat dan bangsa dengan fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian. Media sosial, yang seharusnya menjadi alat komunikasi dan dakwah, justru sering menjadi lahan subur untuk saling mencaci, menyebar kebencian, dan mengadu domba sesama anak bangsa.

Padahal, Islam dengan tegas mengajarkan persatuan. Sebagaimana firman Allah:

Baca Juga: Mulutmu Harimaumu, Ketika Lisan Menghancurkan Martabat

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

“Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran [3]: 103).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah pun mempersatukan suku Aus dan suku Khazraj yang dulu saling bermusuhan. Beliau menyatukan berbagai suku, latar belakang, dan golongan dalam satu ikatan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah.

Maka, Hikmah Maulid Nabi: Momentum Menyatukan Umat dan Bangsa, harus menjadi pengingat pentingnya menjaga persatuan umat dan bangsa, menjauhi permusuhan, dan menahan diri dari perilaku yang memecah belah.

Baca Juga: Traveling ke Masjidil Aqsha

Terlebih di tengah derasnya arus informasi dunia digital, kita dituntut untuk bijak dalam berbicara dan bermedia. Jangan sampai lisan dan jari kita menjadi sumber fitnah dan permusuhan. Setiap ucapan, komentar, dan unggahan harus dipertimbangkan dengan hati-hati, apakah mendatangkan manfaat atau justru memicu kebencian dan pertikaian?

Begitu juga dalam tindakan, teladani kelembutan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam menghadapi orang yang membencinya. Tidak mudah terpancing apalagi terprovokasi. Sikap santun, adil, dan penuh kasih sayang adalah kekuatan utama dalam melawan karakter jahiliyah.

Akhirnya, peringatan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bukan sekadar perayaan, tetapi membawa revolusi akhlak. Ia bukan hanya mengenang kelahiran, tapi menghidupkan ajaran. Di tengah zaman yang kembali diselimuti gelapnya karakter jahiliyah modern, umat Islam harus tampil sebagai pembawa cahaya, menghadirkan nilai-nilai Nabi dalam kehidupan nyata, berupa akhlak mulia, persatuan, keadilan, dan kasih sayang.

Dengan Hikmah Maulid Nabi Momentum Menyatukan Umat dan Bangsa, marilah kita jadikan sebagai gerakan perubahan dari lisan ke perbuatan, dari perpecahan menuju persatuan, dari kebencian menuju kasih sayang. Pancara Maulid Nabi yang mengubah diri, menyatukan umat, dan membangun bangsa. []

Baca Juga: Kemenangan Al-Aqsa oleh Orang-Orang Beriman

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Kolom
Tausiyah