Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Mudik, ya pulang kampung. Tradisi turun-temurun dari ke generasi yang tak pernah lekang.
Panas terik matahari seharian. Hujan deras mengguyur jalanan. Pandemi corona yang pernah menjulang. Berhimpitan di kendaraan atau naik motor berboncengan.
Semua itu tak menyulutkan pulang ke desa, bertemu dengan orang-orang tercinta, sahabat-sahabat lama, suasana ceria.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Puluhan juta jiwa yang memiliki kampung halaman, dianggap ‘wajib’ hukumnya pulang kampung pada momentum Lebaran. Walaupun tidak punya kampung’ sendiri. Ia bisa numpang kampung temannya.
Persiapanya pun sungguh luar biasa spektakuler. Ada yang sudah memesan tiket kereta api tiga bulan sebelum Ramadhan tiba. Ada yang sewa kendaraan jutaan rupiah. Ada pula yang nekad sekeluarga naik motor menempuh jarak ratusan kilometer. Demi ‘pulkam’.
Angkot pun jadi, naik kendaraan terbuka oke, mungkin ada juga yang menyiapkan odong-odong. Itu semua karena dorongan kuat arus mudik yang tak terelakkan.
Bicara soal mudik, ada yang lebih pentingm, yaitu bahwa kita semua mau mudik alias pulang kampung, tak lain adalah ke kampung akhirat. Tradisi turun-turun temurun yang pasti terlaksana. Tinggal menunggu jadwal masing-masing.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Hanya sayang, masih belum seheboh ketika menyiapkan mudik ke kampung dunia. “Bekal Taqwa” yang seharusnya diperbanyak, masih harus terus ditingkatkan.Allah menegur kita di dalam ayat-Nya :
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Artinya: “…..Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS Al-Baqarah/2: 197).
Di sini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menyiapkan bekal suatu perjalanan, dalam hal ini ayat berbicara berkaitan dengan perjalanan haji. Karena penyiapkan bekal untuk itu merupakan tindakan menghindari dari membutuhkan bantuan orang lain.
Begitulah perjalanan ke kampung akhirat, perlu lebih banyak lagi bekalnya. Tak lain bekal itu adalah taqwa, menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Shalat dan baca Quran adalah bekal. Berdzikir dan berdoa adalah bekal. Bersedekah dan berbagi kebajikan pun bekal. Ilmu dan amal kemaslahatan pun bekal. Bekal menuju kampung akhirat.
Semoga Allah mudahkan kita dalam mengumpulkan bekal-bekal akhirat. Kembali dalam keadaan husnul khotimah, ending yang terbaik. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim