Beirut, 2 Safar 1435/5 Desember 2013 ( MINA ) – Gerakan militan Hizbullah Lebanon menuduh Israel berada di balik terbunuhnya komandan senior dan ahli pembuatan senjata mereka, Hassan Hulu al-Laqqis .
Pejabat keamanan Lebanon mengatakan bahwa Laqqis ditembak dengan senapan oleh kelompok bersenjata saat masih berada di dalam mobilnya di depan rumahnya. Ia dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun meninggal Rabu pagi karena parahnya luka yang dideritanya.
Al-Laqqis dikenal sebagai salah satu pemimpin yang keras menentang Israel. Ia pernah mengatakan negara Yahudi itu telah mencoba untuk membunuhnya beberapa kali di masa lalu, RT Media melaporkan seperti dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Yigal Palmor membantah keterlibatan Israel dalam pembunuhan Al-Laqqis.
“Israel tidak ada hubungannya dengan kejadian ini. Ini tuduhan yang tak beralasan dan tidak ada bukti kuat keterlibatan Israel di sana,” kata Palmor.
Israel selama ini menuduh Hizbullah sebagai sebuah organisasi militan anti-Israel dan menjadi salah satu musuh utama Israel di wilayah Timur Tengah. Pada tahun 2006 lalu, Israel terlibat perang 34 hari melawan Lebanon, dan pasukan Hizbullah adalah sasaran utama Israel.
Hassan Hulu Al-Laqqis dibunuh di dekat rumahnya di Hadath, tenggara ibukota Lebanon, Beirut.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Meski punya posisi penting, hanya sedikit yang diketahui publik soal sosok Al-Laqqis. Diberitakan, ia termasuk ahli dalam pembuatan senjata dan dekat dengan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.
Pernyataan yang dikeluarkan Hizbullah mengatakan, ia tewas saat pulang kerja sekitar tengah malam waktu setempat
Ia diserang di lapangan parkir gedung di depan tempat tinggalnya. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit namun meninggal Rabu paginya.
Sumber lain mengatakan, ia ditembak di bagian kepala menggunakan pistol yang dilengkpai alat peredam. Sumber menggambarkan pembunuhan itu sebagai operasi profesional.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Konflik Israel-Lebanon 2006 adalah serangkaian tindakan militer dan bentrokan terus-menerus di Israel utara dan Lebanon yang melibatkan sayap bersenjata Hizbullah dan Angkatan Pertahanan Israel (Israeli Defence Force atau IDF).
Konflik ini berawal pada tanggal 12 Juli 2006, ketika Hizbullah menyerang kota Shlomi di Israel utara dengan rudal Katyusha, kemudian pasukan Hizbullah menyusup ke wilayah Israel. Dalam serangan tersebut, tiga pasukan Israel dibunuh, dua luka-luka, dan dua diculik.
Peristiwa ini kemudian berlanjut dengan serangan Hizbullah ke wilayah Israel yang menghasilkan delapan orang tentara Israel tewas dan melukai lebih dari 20 orang. Israel kemudian membalas dengan Operasi Just Reward (Balasan yang Adil), kemudian berubah nama menjadi Operasi Change of Direction (Perubahan Arah).
Serangan balasan ini meliputi tembakan roket yang ditujukan ke arah Libanon dan pengeboman oleh Angkatan Udara Israel (IAF), blokade Udara dan Laut serta beberapa serangan kecil ke dalam wilayah Lebanon selatan oleh tentara darat IDF.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Saat itu seorang warga negara Indonesia yang bekerja sebagai TKI, Siti Maemunah binti Muhtar Bisri, dilaporkan tewas di Lebanon akibat rudal yang diluncurkan Israel pada 11 Juli 2006. (T/P04 /R1).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah