Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

HNW: Pengungsi Rohingya Mestinya Dibantu dengan Pendekatan Komprehensif

Rana Setiawan - Kamis, 4 Januari 2024 - 05:17 WIB

Kamis, 4 Januari 2024 - 05:17 WIB

8 Views

Wakil Ketua MPR RI, Muhammad Hidayat Nur Wahid (HNW),.(Foto: Dok. MINA)

Jakarta, MINA – Menanggapi adanya tragedi penolakan sebagian mahasiswa dan warga di Aceh yang “menolak” pengungsi Rohingya, Wakil Ketua MPR Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid MA (HNW) menyampaikan keprihatinannya soal isu ini.

Menurutnya, apalagi bila dikaitkan dengan keislaman antara pengungsi dari Rohingya dan warga Aceh yang pernah merasakan kejahatan politik dan apalagi sama-sama Muslim, sudah sangat seharusnya bila tidak terjadi pengusiran ataupun penolakan.

Sekalipun demikian HNW mengatakan permasalahan berdatangannya pengungsi dari Rohingya itu memang harus disikapi secara komprehensif.

“Masalah pengungsi Rohingya bukan permasalahan sederhana. Selain yang terkait dengan represi oleh rezim Myanmar, juga ada isu perdagangan orang, bahkan upaya mendiskreditkan Indonesia yang dikenal juga membela bangsa Palestina,” ujarnya dilaporkan Parlementaria dikutip MINA, Kamis (4/1).

Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online

Kedatangan manusia perahu secara bergelombang ke Indonesia menurut Politisi PKS itu memerlukan keseriusan dan kehadiran banyak pihak, tidak hanya pemerintah Aceh namun juga pemerintah pusat, ASEAN, dan dunia internasional.

Bahkan akar masalahnya harus diselesaikan juga yaitu dihentikannya represi oleh pemerintah Myanmar dan diberikannya status kewarganegaraan terhadap warga Rohingya sebagaimana dahulu dijanjikan saat sama-sama berjuang untuk kemerdekaan Burma yang belakangan berubah menjadi Myanmar, pada tahun 1948.

Dalam soal menyikap kedatangan manusia perahu, Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor itu mengungkap Indonesia sudah mempunyai pengalaman saat berhasil membantu/menerima ratusan ribu manusia perahu dari Vietnam sekalipun agama mereka bukan Islam. Mereka ditempatkan di Pulau Galang, Kepulauan Riau.

Saat itu Indonesia didukung oleh badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi, UNHCR. “UNHCR saat itu mendukung penuh proses penerimaan dan pembiayaan pengungsi dari Vietnam” ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

ari kesuksesan Indonesia dalam menangani pengungsi Vietnam, HNW menegaskan UNHCR harus dilibatkan dalam masalah pengungsi Rohingya.

Pengungsi Rohingya yang sudah mendarat di Indonesia menurut alumni Universitas Madinah, Arab Saudi, itu perlu dibantu, tapi agar tidak menimbulkan friksi dengan masyarakat, maka baiknya mereka ditempatkan di kawasan khusus, seperti di Pulau Galang atau pulau-pulau yang lain.

Menempatkan di pulau-pulau yang lain menurut HNW sangat mungkin sebab Indonesia memiliki banyak pulau tanpa penghuni. “Ini dilakukan agar tidak bersinggungan dan menimbulkan permasalahan dengan warga lokal”, paparnya.

Pengungsi Rohingya menurutnya bukan menjadikan Indonesia sebagai tujuan akhir. Mereka mencari negara-negara yang memberi suaka politik maupun kemanusiaan, seperti Australia dan Kanada.

Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda

Untuk menuju ke Australia dan Kanada, di Pulau Galang atau di pulau-pulau kosong lainnya, mereka ditampung. Di sana para pengungsi Rohingya diberdayakan bersama UNHCR maupun lembaga kemanusiaan lainnya secara manusiawi agar mereka siap melanjutkan proses mencari negara yang dituju.

”Sebagai negara pendiri ASEAN, dengan jumlah Umat Islam terbesar, wajarnya Indonesia berperan lebih aktif dan efektif, hasilkan keberpihakan bagi penyelesaian masalah Rohingya secara adil dan permanen. Untuk perdamaian dan keadilan di ASEAN,” pungkasnya.(R/R1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
MINA Millenia
Internasional