Sanaa, 18 Shafar 1438/18 November 2016 (MINA) – Oposisi bersenjata Houthi Yaman telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan tetap berpegang pada kesepakatan damai yang disponsori Amerika Serikat (AS).
Namun, pernyataan itu muncul di saat pertempuran di negara itu terus berlanjut.
Pasukan pemerintah Yaman mengatakan bahwa mereka tidak diundang untuk perdamaian, yaitu pembicaraan antara Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan pemimpin oposisi Houhti di Oman.
“Amerika Serikat memikul tanggungjawab sejarah dan moral bagi agresi di Yaman, terlepas dari mengapa ingin menghentikan perang ini,” kata juru bicara Houthi, Mohammed Abd Al-Salam dalam sebuah wawancara dengan TV Al-Masirah. “Kami menyadari bahwa AS memimpin perang, perang dinyatakan oleh Washington dan Amerika yang diwakili oleh Arab Saudi dan UEA.”
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Menurut ketentuan yang disepakati, gencatan senjata akan dimulai pada fajar hari Jumat (18/11). Demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA.
Sementara itu, pertempuran masih terus berlanjut di berbagai bagian negara, terlepas dari gencatan senjata. Pasukan pemerintah Yaman kini mengendalikan Taiz Barat.
Seorang juru bicara pasukan pro-pemerintah mengatakan bahwa 30 tentara Houthi telah bentrok dengan pasukan pemerintah di sekitar Midi, Provinsi Haja pada Rabu.
Ada total enam perjanjian perdamaian sejak pertempuran pecah pada Maret 2015, tapi tidak ada perjanjian yang telah berhasil selama ini. (T/P001/P2)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan