Yangon, 29 Syawwal 1436/14 Agustus 2015 (MINA) – Hujan deras melanda Myanmar dan sekitarnya dalam beberapa pekan terakhir sejak pertengahan Juli, mengakibatkan sekitar 12 dari 14 negara bagian dan wilayah negara itu, atau sekitar 85% kini terendam banjir.
Laporan koran setempat Global New Light of Myanmar menyebutkan, tercatat lebih dari 100 warga dinyatakan tewas, dan hampir satu juta orang lainnya terkena dampak bencana.
Sementara, lebih dari 1,2 juta hektar sawah terendam air, dan lebih dari 430.000 hektar hancur.
Pantauan Satelit Radar Sentinel-1A terhadap daerah bencana, Selasa (11/8) kemarin mencatat, beberapa daerah terpetakan masih terkena banjir.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Salah satu peta dengan jelas menunjukkan banjir masih menggenang di sekitar kota kecil Monyo, Distrik Tharrawaddy.
Sementara air telah surut di beberapa daerah, banyak jalan dan jembatan hancur, mengakibatkan pemberian bantuan terhambat.
Media Esa.Int melaporkan, warga beramai-ramai membangun benteng dari karung pasir di sepanjang Sungai Irrawaddy, di barat daya negara itu, sumber banjir kuat dari jalur air setempat.
Jika hujan terus mengguyur dalam beberapa hari, dikhawatirkan air terus akan naik ke daerah hilir cekungan Irrawaddy dan dua wilayah pertanian utama dekat pusat perdagangan Yangon.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Jelang Pemilu
Bencana banjir di Myanmar menjadi ajang menarik hati masyarakat menjelang pemilihan umum November mendatang bagi para politisi yang bersaing.
Seperti diberitakan The Channel Asia, politisi dari kubu pemerintah dan oposisi yang dipimpin Aung San Suu Kyi, saat ini berlomba memberikan bantuan tercepat bagi korban banjir.
Presiden Thein Sein disebutkan mengunjungi dan membawa bantuan ke wilayah Irrawaddy, sementara panglima militer Min Aung Hlaing melakukan perjalanan ke negara-negara barat Sagaing dan Chin.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
“Tapi banyak dari warga yang terkena dampak banjir memilih tidak bergantung pada bantuan pemerintah yang dinilainya lambat. Mereka mencoba mengatasi sendiri atau beralih ke kelompok masyarakat,” sumber menyebutkan.
Pihak berwenang menyatakan bahwa pemilu pada 8 November mendatang tetap akan dilaksanakan meskipun kondisi banjir. (T/P4/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon