Pentingnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dalam agama dan pemanfaatan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Kebersihan adalah hal yang mutlak dibutuhkan oleh setiap orang yang tinggal di dalam lingkungan hidup.
Sebagai upaya mengurangi volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Al-Muhajirun, Kordinator muslimat (Kormat) Al-Muhajirun terus mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan pengolahan sampah.
Ketua Kormat Al-Muhajirun, Heni Nur Hasanah mengadakan taklim khusus muslimat mengusung tema “Dengan Berjamaah, Mari Wujudkan Lingkungan yang Indah Bersih Aman Damai Asri dan Hijau (IBADAH).”
“Dengan diadakanya taklim ini, diharapkan kita semua satu visi dan misi dalam menjadikan Al-Muhajirun menjadi lingkungan yang IBADAH, sesuai singkatan tema yang kita ambil,” ujarnya saat diwawancarai MINA, Jumat (5/11).
Baca Juga: Mehter, Gema Lagu Penyemangat Militer Tertua di Meja Diplomasi Indonesia
Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya pola konsumsi masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan laju produksi sampah terus meningkat.
Upaya peduli terhadap lingkungan, Heni mengajak Ummahat (ibu-ibu) melakukan pemilahan sampah organik dan non-organik untuk mengolah dan mengurangi pencemaran lingkungan.
“Di sini kami para kormat membuat praktek pemanfaatan sampah agar mereka paham bahwa sampah bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat. Jadi tidak dibuang begitu saja, lalu dilupakan yang kemudian menyebabkan pencemaran lingkungan,” katanya.
Konsep awal pengembangan masyarakat ini adalah bagaimana masyarakat dapat turut menjaga lingkungan dengan melakukan pemilahan sampah organik dan non-organik, lalu memanfaatkannya menjadi sesuatu yang bernilai.
Baca Juga: Geliat Warga Gaza Bangun Kembali Kehidupan Mereka Pascagencatan Senjata
Ecobrick dan Eco Enzyme menjadi contoh hasil kreativitas Ummahat dalam mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomi.
Ecobrick merupakan botol plastik bekas diisi limbah-limbah non-biological yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan meja, kursi, dan kerajinan tangan lainnya.
Berbeda dengan Eco Enzyme yang merupakan hasil fermentasi limbah dapur berupa gula, diantaranya gula pasir, gula merah, dan gula tebu atau air dengan campuran sisa buah dan sayuran yang masih segar. Kemudian disimpan selama 3 bulan untuk menghasilkan sabun cair cuci piring, perabotan dapur, dan pembersih lantai.
“Selain mengurangi pencemaran lingkungan, ternyata dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bernilai ekonomi. Contohnya kreativitas ibu-ibu mengolah plastik dijadikan kerajinan tangan menarik seperti lampion, keranjang belanja bahkan meja,” tuturnya. (A/Tya/Cha/P2)
Baca Juga: Pemuda Australia Ini Bersyahadat di Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Mi’raj News Agency (MINA)