Ukhia, Bangladesh, MINA – Ibu Negara Turki Emine Erdogan menyerahkan bantuan kepada pengungsi Muslim Rohingya saat berkunjung ke sebuah kamp di dekat perbatasan Myanmar-Bangladesh, pada Kamis (7/9).
“Tidak mungkin tidak tersentuh oleh ini sebagai manusia,” katanya setelah melewati kemah para pengungsi di kamp di Kutupalong, yang terletak di depan perbatasan.
“Saya berharap dunia memikirkan hal ini dan membantu mereka dengan bantuan kemanusiaan dan secara politis,” tambahnya, demikian seperti dilaporkan Anadolu Agency dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Menurut badan pengungsi PBB, 164.000 orang Rohingya telah melewati perbatasan sejak 25 Agustus, ketika pasukan keamanan Myanmar melancarkan operasi keamanan terhadap militan Rohingya.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Namun, para pengungsi mengatakan bahwa tindakan keras tersebut telah digunakan untuk menutupi pembunuhan, penjarahan dan pembakaran desa Rohingya yang meluas oleh militer dan Budhis.
Pada bagian lain, Erdogan, yang didampingi oleh anaknya Bilal dan Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu, meminta masyarakat internasional untuk menghentikan kekerasan tersebut, yang dia gambarkan sebagai “tragedi yang luar biasa di zaman ini”.
Pada Selasa, Myanmar setuju untuk mengizinkan Badan Koordinasi dan Bantuan Turki memasuki negara bagian Rakhine untuk memberikan 1.000 ton bantuan.
“Kami ingin menunjukkan kepada dunia situasi ini di sini,” kata Cavusoglu. “Kami berusaha menghentikan ini. Kami akan mengadakan pertemuan di Astana dengan dunia Islam dan akan mengadakan pertemuan lagi di New York, mudah-mudahan menemukan solusi permanen untuk masalah ini di Arakan Rakhine. ”
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berjanji untuk mengnagkat penderitaan Rohingya di Majelis Umum PBB pada 19 September.
Bangladesh, yang telah menjadi tuan rumah sekitar 400.000 pengungsi Rohingya, telah menghadapi masuknya pengungsi baru sejak operasi keamanan diluncurkan.
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan tersebut sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012. (T/R13/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai