Kata-kata sabar dan wajah menahan rasa sakit tampaknya “tidak mampu” menjelaskan situasi keluarga Al-Issawi dari Jalur Gaza. Ini adalah kisah sebuah keluarga yang memberikan salah satu dari anak-anaknya sebagai martir, sementara lima anak-anak lainnya terluka, dengan ibu mereka yang berani dan juga terluka. Ia mencucurkan air mata atas situasi yang dihadapinya.
Luka dari lima bersaudara itu bervariasi antara serius dan sedang. Para dokter mengangkat usus beberapa dari mereka, sementara pecahan peluru menembus paru-paru salah satunya dan menghancurkan tulang-tulang yang lain. Mereka semua masih menderita rasa sakit yang tak ada habisnya.
Salah seorang di antaraya adalah Atef Al-Issawi, 25, lumpuh dari pinggang ke bawah setelah sembilan luka di tubuhnya saat ikut aksi damai di perbatasan jalur Gaza.
Teman-teman dan kerabat Al-Issawi berkumpul di kursi roda yang baru baginnya. Atef biasa bergerak ringan di sepanjang perbatasan dengan palang platinum terpasang di kakinya.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
“Saya datang hari ini untuk berpartisipasi dalam Great March of Return, tetapi kali ini dengan kursi roda. Saya telah mengalami sembilan luka-luka, dan saya masih menuntut hak untuk kembali dan mengakhiri blokade Israel. Pikiran saya tertuju pada tahanan dan orang-orang yang terluka serta keluarga para martir meskipun saya cacat sekarang,” katanya kepada wartawan PIC.
Ia menunjukkan, dia ditembak oleh penembak jitu Israel untuk pertama kalinya pada tahun 2007, diikuti oleh empat cedera berturut-turut pada tahun 2015, serta cedera pada tahun 2016 dan selama Great March of Return pada tahun 2018.
“Cedera terakhir pada Oktober tahun lalu menyebabkan kerusakan saraf, kelumpuhan pada anggota badan, dan saya ditempatkan di kursi roda yang tidak bisa bergerak,” lanjutnya.
Dia menyatakan dengan nada menantang akan terus ikut protes damai bersama keluarganya, meskipun tubuhnya terluka.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Suaranya memudar ketika ia meminta Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas untuk menutupi biaya perawatannya dan mengirimnya ke luar Gaza agar mendapatkan perawatan yang tepat.
Lumpuh dan Miskin
Semburan peluru peledak berakhir di kaki Atef yang telah diselingi oleh batangan platinum beberapa kali. Peluru terbaru telah mengakibatkan kerusakan kondisinya yang mengakibatkan kelumpuhan pada kaki dan lengan kanannya.
Al-Issawi adalah salah satu saksi di pengadilan militer Israel yang diadakan dua tahun lalu, untuk mempertimbangkan pembunuhan anak Abdul Rahman Al-Dabbagh (dibunuh oleh seorang tentara Israel yang menembakkan bom langsung ke kepalanya) dan terkenal karena memiliki banyak detail dari kisah orang-orang yang terluka dan para martir, karena seringnya keikutsertaan dia dalam Great Return of Return.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Yang diinginkan oleh ibunya yang berduka adalah agar anak-anaknya menerima perawatan yang diperlukan, sambil menambahkan: “Saya terluka pada September 2018 dengan peluru di leher saya saat ikut aksi Great March of Return. Hidup kita menjadi sangat sulit. Setiap hari saya merawat lima anak yang terluka, tetapi saya terus ikut protes damai. Saya berharap anak-anak saya akan menerima perawatan.”
Sementara itu, Mazen, saudara bungsu, berharap saudaranya Atef akan menerima perawatan yang diperlukan, karena ia memiliki cedera paling serius di antara mereka. (AT/Ast/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon