Ikhwan Marau Kalbar Tempuh 350 Km Cari Sinyal

Ikhwan Marau beristirahat saat baru sampai di Tayan setelah menempuh perjalanan sejauh 350 km selama 12 jam. Photo: Sukarna/MINA

Jama’ah Muslimin (Hizbullah) dalam kegiatan tarbiyah umatnya setiap tahun selalu mengadakan Taklim Pusat dihadiri lebih 20.000 jamaahnya dari seluruh Indonesia, bahkan dari luar negeri.  Biasanya diadakan di Cileungsi, Bogor atau di Muhajirun, Lampung pada setiap bulan Sya’ban guna meningkatkan keimanan mendekati bulan Ramadhan, bulan yang mulia.

Sejak merebaknya Covid-19 di Indonesia pada awal 2020, agenda tahunan Taklim Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) ditunda karena Covid-19.  di mana kasus pertama diumumkan oleh pemerintah pada 2 Maret 2020. 

Namun pada 2021 ini, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menggelar Taklim Pusat namun dilakukan secara virtual. Rangkaian kegiatan dimulai dari Taklim Khusus Muslimat, Webinar Internasional, Perlombaan Karya Tulis Ilmiah dan puncaknya Tabligh Akbar pada Sabtu-Ahad (3-4/4). Jamaahnya berada di daerah masing-masing menyaksikan tausiyah pembicara dari dalam dan luar negeri melalui aplikasi meeting.

Namun tentu ada saja kendala yang dihadapi, terutama kendala sinyal.

Ada cerita yang bisa menginspirasi pada perhelatan Taklim Pusat Tahunan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) ini. Adalah Kecamatan , Kabupaten Ketapang, , berbatasan dengan Kalimantan Tengah, berjarak sekitar 350 km lebih menuju , Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Sebanyak 31 orang ikhwan dan akhwat dari Riyasah Marau, Niyabah Tayan, Wilayah Kalimantan Barat sudah menyiapkan perjalanan ke Tayan sebulan sebelumnya untuk menghadiri Taklim Virtual di Tayan ini.

Selain untuk menjalin silaturahim dan melepas kerinduan bertemu dengan Ikhwan-ikhwan di Tayan juga untuk dapat mengikuti taklim virtual, karena di Marau, koneksi internet tidak mencukupi untuk mereka dapat mengikuti taklim melalui aplikasi zoom dan streaming di channel youtube.

Tugino, salah seorang peserta taklim dari Marau mengatakan, sebulan sebelumnya sudah mencari dan menyiapkan mobil sewaan, mencarinya pun juga susah, tapi alhamdulillah rombongan mendapatkan tiga mobil yang dapat digunakan.

Perjalanan yang ditempuh lebih dari 12 jam, itupun terkendala karena salah satu mobil rusak, sehingga setiap 12 km harus berhenti. Belum lagi sebagian jalan yang dilalui adalah jalan rusak melewati perkebunan sawit. Namun tidak menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan perjalanan sampai di Tayan.

Menurut Tugino, rombongan sangat senang bisa bertemu dengan Ikhwan-ikhwan di Tayan, juga bergabung di Taklim virtual bersama seluruh umat Islam dari berbagai daerah seluruh Indonesia, meski harus lelah dan letih dalam perjalanan.

Ada satu lagi hal luar biasa. Salah seorang supir yang mengantarkan pak Tugino dan rombongan adalah seorang Nasrani yang sedang merayakan Hari Paskah. Dia rela mengantarkan rombongan melakukan perjalanan sejauh 350 km lebih untuk taklim.

Memang menurut Tugino, masyarakat Marau yang mayoritas Nasrani sangat toleran, bahkan saat ini pembangunan Masjid yang direncanakan di Marau didukung penuh oleh tokoh-tokoh agama Nasrani.

Inilah Indonesia, di mana masyarakat yang majemuk dengan berbagai macam suku, bangsa, bahasa, agama bisa hidup berdampingan satu sama lain dan saling menghargai, menghormati satu sama lain.

Naibul Imaam Tayan, Sukarna Putra sangat bersyukur dengan semangat dan keikhlasan Ikhwan-ikhwan dalam mentaati perintah Allah menuntut ilmu meski harus menempuh perjalanan yang jauh dan banyak kendala. Untuk mengikuti taklim virtual.

Sukarna berharap ikhwan dan akhwat di Marau tetap istiqomah dan a berdoa semoga Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Sementara Kutab (Sekretaris) yang juga Amir Majelis Dakwah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Kalimantan Barat, mengapresiasi semangat para Ikhwan dari Riyasah Marau yang berjuang dengan harta, tenaga, juga waktunya.

Uray Helwan juga mengapresiasi dukungan warga Nasrani Marau yang rela mengantarkan rombongan taklim. Ia menjadi saksi bahwa masyarakat Marau sangat toleran. Hal ini dibuktikan Uray saat dirinya mengunjungi Marau pada 12 Maret lalu.

Menurutnya, muslim minoritas di Marau, bahkan di desa tempat Ikhwan akhwat ini tinggal belum ada masjid dan saat ini sedang memulai pembangunan masjid.

Dukungan masyarakat setempat sangat besar termasuk tokoh-tokoh Non Muslim. Mereka sangat mendukung bahkan menargetkan pembangunan masjid selesai pada 2022. Uray mendengar langsung pernyataan dukungan dari masyarakat Non Muslim di sana saat bersilaturahim dengan para tokoh. (A/B03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.