Bogor, 4 Dzulqa’dah 1437/7 Agustus 2016 (MINA) – Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur, MA mengatakan, mempelajari dan memahami bahasa Arab adalah penting sebagai upaya membebaskan Palestina, khususnya Masjidil Aqsha dari penjajahan yang dilakukan Israel.
Hal itu disampaikannya saat seminar Nasional bertajuk ‘Membumikan Al-Qur’an dengan Memasyarakatkan Bahasa Arab bagi Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsha’ yang diselenggarakan oleh Syubban Markaz Jamaah Muslimin (Hizbullah) di Masjid At-Taqwa, Komplek Pesantren Islam Al-Fatah Cileungsi, Ahad (7/8).
“Sepanjang sejarah Islam, bahasa Arab memiliki peranan yang sangat penting dalam membebaskan Masjidil Aqsha. Kalau kita kembali melihat sejarah pembebasan Masjidil Aqsha, maka akan ditemui tokoh-tokoh yang memakai bahasa Arab dalam rangka mempersatukan umat Islam untuk membebaskan Masjidil Aqsha,” ujarnya.
Lebih lanjut, Imaam Yakhsyallah mengungkapkan bahwa dalam buku Al-Islam karya Sayyid Hawa dikatakan, ada tujuh unsur pemersatu umat Islam, salah satunya adalah dengan bahasa, yaitu bahasa Arab.
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
“Tujuh unsur itu adalah, kesatuan aqidah, kesatuan syariat, kesatuan dustur (pedoman), kesatuan uswah (panutan), kesatuan bahasa, kesatuan sejarah, dan kesatuan wilayah. Inilah unsur-unsur untuk mempersatukan umat Islam dalam upayanya membebaskan Masjidil Aqsha,” kata Imaam Yakhsyallah.
Imaam Yakhsyallah menambahkan, hal itu wajar karena bahasa Arab adalah sebagai alat komunikasi antar umat Islam. “Kalau kita tidak bisa bahasa Arab, bagaimana mau membebaskan Masjidil Aqsha,” tegasnya.
Bahkan, kata Imaam Yakhsyallah, selain sebagai alat komunikasi antara manusia, bahasa Arab juga merupakan alat komunikasi antara manusia dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang terwujud dalam bentuk sholat, doa, dan dzikir.
“Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah bahasa Arab sebagai bahasa yang diakui oleh masyarakat internasional,” katanya.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
Sementara itu, Ketua Panitia Seminar, Muadz Abdul Qahar mengungkapkan bahwa seminar ini diselenggarakan sebagai alat untuk mempersatukan umat Islam dalam upayanya membebaskan Masjid Al-Aqsha.
“Kita ketahui bersama bahwa bahasa Arab adalah bahasa umat Islam, juga sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Dan yang terpenting adalah sebagai bahasa pembebasan Masjid Al-Aqsha,” jelas Muadz.
Hadir pada kesempatan itu, Pembina Ma’had Zaid bin Tsabit; Dr. Didik Setiawan, Tokoh Gaza; Muhammad Al-Mishri, dan Pelopor Kampung Bahasa Arab; Adnan Fairuz, serta tamu undangan lainnya. (L/P011/R02)
M’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak