London, 14 Jumadil Akhir 1438/13 Maret 2017 (MINA) – Imam-imam di Inggris diminta untuk berkhotbah dalam bahasa Inggris sebagai bagian dari rencana untuk menangkal kebencian terhadap Muslim di negara itu.
Gugus tugas kontra-ekstremisme Inggris bekerja pada rencana di tengah kekhawatiran bahwa khotbah dalam bahasa asing atau Arab akan memaksa perpecahan antara umat Islam dan masyarakat Inggris arus utama, sehingga dapat menumbuhkan radikalisasi.
“Jika imam berbicara dalam bahasa lain, itu membuat jauh lebih sulit untuk mengetahui apakah radikalisasi sedang berlangsung,” kata seorang sumber pemerintah Inggris kepada harian The Sunday Telegraph.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
Jumlah orang yang bekerja pada program pencegahan radikalisasi di negara itu akan berlipat ganda pada tahun 2020 sebagai bagian dari perubahan anti-terorisme kepada strategi anti-ekstremisme yang dikenal dengan nama Contest.
Sementara itu, The Sunday Times melaporkan, upaya pencegahan ekstremisme seiring dilakukannya pendekatan yang lebih akrab kepada Muslim kembali dari kelompok Islamic State (ISIS).
Lebih dari 30 warga negara ganda telah dilucuti kewarganegaraan Inggris mereka terkait aktivitas mereka dengan kelompok bersenjata di Suriah.
Sekitar 850 warga Inggris diperkirakan telah melakukan perjalanan ke wilayah ISIS. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Ribuan Warga Inggris Demo Kecam Genosida Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)