Washington, MINA – Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat (29/6) menyetujui pencairan keempat dana pinjaman sebesar AS$ 2 miliar kepada Mesir dari total pinjaman sebesar AS$ 12 miliar selama tiga tahun.
IMF sudah mencairkan pinjaman sebesar lebih dari AS$ 8 miliar berdasarkan kesepakatan bantuan yang ditandatangani pada November 2016 untuk mendukung program reformasi ekonomi Kairo, demikian Nahar Net melaporkan.
Sejak kesepakatan dengan lembaga yang berkantor pusat di Washington itu, pemerintah Mesir telah memberlakukan langkah-langkah penghematan yang keras dan mulai menghentikan subsidi pada banyak barang dan jasa.
Bulan ini pemerintah menaikkan harga BBM sebanyak 50 persen dan tarif listrik sekitar 25 persen.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Harga-harga bagi konsumen melambung karena mata uang Mesir yang undervalue dan pemerintah mengadopsi pajak pertambahan nilai.
Pemerintah mengatakan, pemotongan subsidi diperlukan dan mengakui bahwa itu akan menyebabkan kenaikan tajam ongkos taksi.
IMF mengatakan, Mesir mulai memetik manfaat dari reformasi dan memperkirakan ekonomi akan tumbuh 5,2 persen tahun ini. Inflasi diperkirakan turun menjadi 20 persen pada akhir 2018 dari 33 persen tahun lalu.
Namun, staf IMF pada bulan Mei menekankan bahwa pemerintah masih perlu memperkuat jaring pengaman sosialnya.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Pengamat pun menilai, masih ada risiko bahwa Mesir mungkin menjadi korban dari keberhasilannya sendiri. Ini dipicu kombinasi antara tagihan surat utang jangka pendek dengan nilai tukar mata uang Mesir yang undervalue, membuat tagihan terhadap pemerintah membengkak. (T/RI-1/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa