Jakarta, 19 Muharram 1438/20 Oktober 2016 (MINA) – Dalam sembilan agenda utama Pemerintahan Jokowi-JK atau nawacita, beberapa poin bersentuhan langsung dengan aspek ekonomi. Setelah dua tahun agenda ekonomi tersebut dijalankan, Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) menilai implementasi nawacita di bidang ekonomi masih jauh dari harapan.
Ekonom INDEF, Eko Listiyanto memaparkan, dalam dua tahun terakhir, peringkat Global Competitiviness Index Indonesia menurun dari 34 ke 37 kemudian terus turun ke 41 dari 113 negara.
Menurutnya, pemburukan terutama disebabkan oleh aspek istitusi, kesehatan dan pendidikan, inefisiensi pasar, ketersediaan teknologi, kecanggihan bisnis dan inovasi.
“Di kacata mata global daya saing Indonesia memburuk. Dengan segala upaya peningkatan daya saing yang sudah dilakukan pemerintah di sepanjang 2015-2016, peringkat daya saing Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara lain,” ujarnya dalam Diskusi INDEF dengan tema: “Dua Tahun Nawacita: Lampu Kuning Produktivitas dan Daya Saing” di Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (20/10).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Selain itu, Eko juga menilai, kebijakan ekonomi yang telah digagas pemerintah dinilai minim implementasi. Tidak kurang dari 13 paket kebijakan telah ditebar guna mendongkrak kinerja perekonomian. “Sayangnya, pertumbuhan ekonomi tetap tidak mampu menunjukkan akselerasi,” tuturnya.
“Peran industri Ekspor manufaktur Indonesia terendah di ASEAN. Kenapa? Karena Produktifitasnya juga rendah. Keunggulan Indonesia ini cenderung hanya marketnya saja yang besar, tapi kondisi inilah justru jadi mudah diserbu produk impor,” tandas Eko. (L/P006/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah