Srinagar, 8 Muharram 1434/12 November (MINA) – Ribuan pengungsi Muslim Rohingya menghadapi penghinaan dipaksa menjadi buruh dengan bayaran murah di Kashmir yang dikuasai India.
“Sejak kami meninggalkan tanah air, kita belum pernah diterima di mana-mana, seolah kami bukan manusia,” kata ahmad Irshad, seorang pengungsi Rohingya.
“Kami sudah kehilangan kehormatan dan martabat,” tambahnya. Menurut laporan Onislam dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Seperti ribuan pengungsi Rohingya lainnya, Irshad mempertaruhkan nyawanya untuk menghindari penghinaan oleh ekstrimis Budha di tanah airnya, Burma.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Ribuan dari mereka datang ke India, yang tidak menandatangani konvensi PBB terkait status pengungsi.
Karena tidak ada hokum mengenai pengungsi asing, pemerintah belum memutuskan terkait status pengungsi Rohingya, mengakibatkan ribuan pengungsi dalam keadaan mengerikan.
Sesampainya di Kashmir, pengungsi Muslim Rohingya didorong untuk menjadi tenaga kerja yang dibayar murah, di mana mereka bekerja disebuah pabrik.
Namun, meskipun mendapat sedikit uang itu jalan satu-satunya mencari nafkah bagi muslim Rohingya.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
“Mereka membayar kami hamper dua dolar per hari,” kata Maryam Batool, seorang pengungsi Rohingya.
“Karena anak-anak kami tidak sekolah maka kami mengajaknya untuk ikut bekerja,” tambahnya.
PBB mengungkapkan bahwa minoritas Muslim yang paling teraniaya di dunia adalah Muslim Rohingya di tanah air mereka.
Mereka telah ditolak dari hak-hak kewarganegaraan sejak amandemen terhadap undangan-undang kewarganegaraan pada tahun 1982.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Pemerintah Burma sebagaimana juga mayoritas Buddha menolak mengakui istilah “Rohingya”, mereka menyebut sebagai “Bengali”. (T/P013/R2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan